Rancangan Irigasi Tetes dengan Bahan bambu dan botol plastik
Pendahuluan.
Pembangunan
sektor pertanian dewasa ini diarahkan untuk menuju pertanian yang efisien dan
tangguh, mengingat kebutuhan hasil-hasil pertanian yang terus meningkat sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pertanian lahan kering merupakan kegiatan
budidaya yang banyak menglami hambatan. Salah satu faktor penghambatnya adalah
terbatasnya air. Lahan kering merupakan
sebidang tanah yang dapat dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan
air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lebih
lanjut lahan kering dengan hanya 4-5 bulan basah dikategorikan cukup riskan
untuk pengembangan palawija maupun untuk hortikultura, walau lahan tersebut
potensial untuk pengembangan peternakan. Keberhasilan peningkatan produksi
tanaman hortikultura di Indonesia tidak terlepas dari peran irigasi yang
merupakan salah satu faktor produksi penting. Usaha untuk mencapai target
produksi di satu sisi, dan teknologi tepat dan murah di sisi lain telah
mendorong penggunaan air secara berlebihan tanpa mempertimbangkan efisiensi
penggunaan sumber daya yang tersedia. Teknologi di bidang irigasi merupakan
salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan produksi pertanian,
khususnya pada pertanian lahan kering. Oleh karena itu, sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan di bidang irigasi, makateknologi irigasi yang umum
dilakukan oleh petani perlu disempurnakan berdasarkan penelitian dan pengkajian
yang terbaru.
Pada saat musim
kemarau ( Mei s/d Oktober), tanah-tanah sawah tadah hujan ditanami dengan
Semangka, Kacang Panjang, Cabai Merah, Timun Suri dll. dengan menggunakan
sistem irigasi saluran
terbuka dengan sumber air dari sumur bor pantek yang dihisap oleh mesin pompa
(umumnya berbahan bakar bensin). Sistem irigasi saluran terbuka ini adalah sistem irigasi yang tidak efisien dalam pemanfaatan
airnya, bahkan beberapa literature mengatakan hanya sekitar 10% dari air yang
diberikan yang diserap oleh akar tanaman, selebihnya (90%) terbuang melalui
perkolasi, evaporasi dll. Selain itu bila penempatan mesin pompa air terlalu
berdekatan, pada beberapa hari kemudian air menjadi sulit untuk dihisap,
sehingga penggunaan mesin pompa menjadi mubasir.
Untuk mengatasi hal
tersebut di atas maka dipilih alternatif untuk menggunakan sistem irigasi hemat air yaitu
sistem irigasi tetes dengan pengadaan
bahan baku jaringan seluruhnya berasal dari daerah tersebut. Sistem irigasi tetes dapat mencapai
efisiensi 95% dalam penyerapan air oleh tanaman. Jaringan irigasinya
menggunakan pipa-pipa PVC/Paralon yang kemudian air dikeluarkan dari pipa
dengan menggunakan penetes ulir plastik sebagai regulator penetes, yang
diteteskan di dekat tanaman. Sumber air berasal dari sumur bor pantek yang
dihisap dengan pompa air listrik.
Perhitungan jumlah
keperluan air bagi kelangsungan hidup tanaman atau sering diistilahkan dengan
modulus irigasi,
adalah merupakan suatu tahapan perhitungan yang mengawali perancangan suatu
sistem irigasi baik
yang bersifat terbuka dengan mengandalkan hukum gravitasi maupun yang bersifat
tertutup dengan perpipaan yang dilengkapi dengan teknik pemompaan untuk dapat
memberikan tekanan yang cukup bagi pangaliran airnya. Modulus irigasi suatu tanaman,
didalam perhitungannya belum memasukkan factor efisiensi karena kehilangan air
akibat sistem irigasi
yang digunakan seperti evaporasi, perkolasi dll. Modulus irigasi dari suatu tanaman
akan berbeda dengan tanaman lainnya, juga tidak kalah pentingnya adalah keadaan
curah hujan dan evapotranspirasi di lokasi kegiatan budidaya berlangsung.
Analisis modulus irigasi
dilakukan setelah pola tanam dan kalender tanam dari tanaman yang akan
dibudidayakan ditentukan. Pola tanam dan kalender tanam yang baik akan mengoptimalkan
modulus irigasi dari
setiap jenis tanaman, dengan demikian akan mengoptimalkan pula efisiensi
penggunaan air irigasi.
Suatu luasan lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman akan memerlukan
penanganan managemen air irigasi
yang cukup kompleks dan harus terpadu untuk dapat terpenuhinya kebutuhan air
bagi pertumbuhan berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu selain
dari analisis perhitungan modulus irigasi perlu pula dilakukan analisis perhitungan interval irigasi yang tergantung
dari jenis tanah lahan yang dibudidayakan terutama laju deplesi kandungan air
tanahnya.
Telaah Pustaka
Irigasi Tanaman
Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Di sisi lain ketersediaan pangan terbatas sehubungan dengan terbatasnya lahan yang ada untuk bercocok tanam, teknologi, modal dan tenaga kerja, sehingga defisit penyediaan bahan pangan masih sering terjadi di negeri ini. Untuk itu berbagai pihak tidak henti-hentinya berupaya untuk mengatasi masalah tersebut diatas melalui berbagai kebijaksanaan dan program (Sudjarwadi, 1990). Sudjarwadi (1990) mendefinisikan irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah : a) siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah permukaan), b) kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan), c) kondisi biologis tanaman, d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi).
Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk
tanaman mulai dari tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari
sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan kepada tanaman yang memerlukan
secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui
saluran pembuang menuju sungai kembali. Irigasi dikehendaki dalam situasi:
(a) bila jumlah curah hujan lebih kecil dari pada
kebutuhan tanaman,
(b)
bila jumlah curah hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah hujan tidak
bersamaan dengan waktu yang dikehendaki tanaman.
Irigasi merupakan usaha untuk mendatangkan air dengan membuat
bangunan dan jaringan berupa saluran - saluran untuk mengalirkan air guna
keperluan pertanian, membagi-bagikan air ke sawah sawah atau ladang-ladang
dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak diperlukannya lagi,
setelah air itu digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmu irigasi
sangat penting untuk membuat petani atau rakyat sekitarnya dapat memanfaatkan
sumber air yang ada, sehingga petani dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari irigasi adalah:
1.Sistem
dapat menjamin sepenuhnya persediaan air untuk tanaman.
2.Sistem
dapat menjamin waktu panen pada saat musim kering.
3.Menjaga
suhu tanah agar tetap dingin.
4.Mencuci
garam – garam yang berada dalam tanah.
5.Memperkecil
resiko rembesan air tanah.
6.Agar
tanah lebih mudah dikerjakan pada waktu membajak.
Maksud irigasi ialah untuk mencukupi kebutuhan air guna
pertanian dan tujuan irigasi tergantung dari kebutuhan untuk apa irigasi itu
akan diperlukannya. Maksud itu dapat dibagi dalam :
a.
Membasahi tanah
b.
Merabuk
c.
Mengatur suhu (temperatur) tanah
d.
Menghindari gangguan dalam tanah
e.
Kolmatase
f.
Membersihkan air kotoran
g.
Mempertinggi air tanah.
Kebutuhan pokok untuk kesuburan hidup tanaman adalah;
unsur-unsur tertentu (hara), air, udara, cahaya, dan panas (suhu). Pertumbuhan
akar dipengaruhi oleh tingkat tinggi rendahnya suhu tanah pada daerah
perakaran, begitu pula dengan ketersediaan udara dalam tanah mempengaruhi pula
pernafasan sebagian dari akar-akar tanaman. Pertumbuhan tanaman akan menjadi
baik bilamana disediakan kondisi ideal untuk tanaman tersebut. Unsur hara dalam
konsentrasi yang optimum sangat diperlukan oleh tanaman. Unsur hara yang
diperlukan adalah unsur hara makro dan mikro.
Ketersediaan unsur hara dalam tanah berupa senyawa kompleks
yang sukar larut dan dapat berupa senyawa sederhana yang larut dalam air dan
relatif tersedia untuk tanaman. Keragaman jenis tumbuh-tumbuhan karena adanya
pengaruh iklim yang kompleks, selain butuh air, tanaman membutuhkan tempat
untuk tumbuh yaitu tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah
yang mudah diolah, dan produktivitas tinggi. Sedangkan komposisi tanah untuk
kepentingan pertanian berupa tanah mineral dengan kandungan bahan organic
(humus) dan tentu saja unsur air dan udara ada pada komposisi tanah tersebut.
Ditinjau
dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, sistem
irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu :
a) sistem irigasi permukaan (surface
irrigation system),
b) sistem irigasi bawah
permukaan (sub surface irrigation system),
c) sistem irigasi dengan
pemancaran (sprinkle irrigation system),
d) sistem irigasi dengan tetesan
(trickle irrigation / drip irrigation system).
Pemilihan
jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, klimatologi,
topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman sosial ekonomi dan budaya,
teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang akan
diharapkan .
Bentuk-bentuk sumber air permukaan dan jenis kegiatan
A. Sumber Air Irigasi
Beberapa contoh sumber air irigasi
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air, adalah :
1. Air
Bekas Galian Tambang/Air Kolong : bekas aktivitas galian tambang
biasanya meninggalkan lubang-lubang besar yang setelah selesainya penggalian
ditinggal begitu saja. Bekas galian ini pada musim hujan akan penuh terisi air
yang sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai air irigasi. Di Propinsi
Bangka Belitung bekas galian tambang timah dapat mencapai ukuran 80 x 40 x 5
meter. Sehingga air yang tertampung di dalam galian ini sebesar 16.000 m3, jumlah
yang cukup untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi. Salah satu
contoh air kolong yang terdapat di Propinsi Bangka Belitung seperti pada gambar
1.
Gambar 1. Sumber air irigasi bekas
air kolong penambangan timah di Bangka Belitung yang dapat dimanfaatkan untuk
irigasi
2. Terjunan
Air
Terjunan air (gambar 2)
merupakan air permukaan yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai air
irigasi. Terjunan air seperti ini pada umumnya belum termanfaatkan secara
optimal. Dengan sedikit sentuhan teknologi (pembuatan bak penampung, pembuatan
saluran terbuka (open chanel) atau saluran tertutup/pipa (close chanel), maka air
ini dapat dimanfaatkan untuk mengairi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
maupun untuk memenuhi kebutuhan air untuk pengembangan peternakan.
Gambar 2. Air
permukaan yang belum dimanfaatkan dan sangat berpotensial untuk dikembangkan
sebagai sumber air irigasi melalui pembuatan bak penampung dan pemasangan pipa
distribusi.
3. Aliran
Sungai
Pada daerah daerah tertentu
banyak dijumpai aliran sungai yang belum dimanfaatkan dengan optimal (gambar
3). Melalui pengembangan air permukaan (misalnya dengan pembuatan kincir air,
pembuatan saluran pembawa ataupun pemasangan pipa) maka sumber air ini dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan).
Gambar 3. Aliran
sungai/anak sungai yang dapat disadap sebagai sumber air irigasi melalui
pembuatan saluran air.
(Sumber : http://gomind-nahyun.blogspot.com/2011/06/aliran-sungai.html)
B. Jenis-Jenis
Kegiatan
Disadari bahwa kondisi lapangan
sangat bervariasi, dengan demikian jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan
melalui kegiatan pengembangan air permukaan sangat beragam sesuai dengan kondisi
dan potensi yang ada di daerah. Beberapa contoh kegiatan yang dapat
dilaksanakan dalam pengembangan air permukaan adalah sebagai berikut :
1.
Kincir Air
Pembangunan kincir air (gambar
4) dimaksudkan untuk menaikkan air sungai dengan memanfaatkan tenaga dari aliran/arus
air. Pada umumnya kincir air terdiri poros, lingkaran roda yang dilengkapi
dengan tabung dan sudut-sudut yang dipasang disekeliling roda.
Gambar 4. Penggunaan
kincir air untuk irigasi yang telah dipakai masyarakat tani di Sumatera Barat.
(Sumber : http://citizenimages.kompas.com/citizen/view/25895-Kincir-Air)
2. Kincir
Angin
Pembangunan kincir angin (gambar
5) dimaksudkan untuk menaikkan air permukaan dengan menggunakan pompa yang
digerakkan dengan tenaga angin. Teknologi ini sangat cocok dipergunakan pada
daerah-daerah “remote” dimana sumberdaya lainnya (listrik, BBM) belum tersedia.
Teknologi ini disamping tidak memerlukan biaya operasional yang besar juga
tidak menghasilkan polusi. Pompa air dengan memanfaatkan tenaga angin (kincir
angin) sudah banyak dilakukan oleh petani-petani di wilayah pantai utara Pulau
Jawa.
Gambar 5 Pengembangan
air permukaan dengan menggunakan pompa yang digerakkan oleh tenaga angin.
3.
Pembuatan Saluran/Pembawa
Pengembangan air permukaan dapat
pula digunakan mengalirkan air sungai dengan membangun saluran irigasi baru
(gambar 6). Dengan adanya pembuatan saluran tersebut, diharapkan diperoleh
penambahan luas areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas
tanaman.
Gambar 6. Pembangunan
jaringan irigasi kuarter merupakan salah satu aspek pengembangan air permukaan
(Sumber : http://www.tarungnews.com/fullpost/lingkungan/1331489912/82-persen-saluran-irigasi-di-karawang-tak-berfungsi.html)
4.
Pembuatan Bak Penampung dan Pemasangan Pipa Distribusi
Pemanfaatan air permukaan
(terjunan air) sebagai sumber air irigasi dapat dilakukan dengan pembuatan bak
penampung yang dilengkapi dengan pemasangan pipa-pipa untuk mendistribusikan
air. Selanjutnya air tersebut digunakan untuk mengembangakan usaha budidaya
pertanian baik tanaman pangan, hortikultura maupun peternakan.
5.
Pompanisasi
Sistem pompanisasi dalam
pengembangan irigasi air permukaan adalah upaya mengambil air dari sumber air permukaan
(sungai, danau dll), yang diangkat dan didistribusikan dengan mempergunakan
pompa air. Termasuk dalam kegiatan ini adalah : pengadaan pipa/selang hisap, pipa/selang
buang serta saluran distribusi ke lahan yang akan diari. Saluran distribusi ini
dapat berupa saluran terbuka ataupun saluran tertutup/pipa paralon.
Teknologi Irigasi Tetes (Drip
Irrigation)
Irigasi
tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan menggunakan pipa
tanah liat. Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan
menggunakan pipa berperforasi. Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak
digunakan di rumah-rumah kaca di Inggris. Penerapan irigasi tetes di lapangan
kemudian berkembang di Israel pada tahun 1960-an.
Prinsip
dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke tanaman dengan
perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak
antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari
pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air
secara lambat dan akurat pada akar-akar tanaman, tetes demi tetes.
Irigasi
tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah
kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering. Drip irrigation
dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras, greenhouse,
bedengan, patio dan tumbuhan di dak. Selain oleh petani tradisional, sistem
mikro irigasi ini cocok untuk kebun perkotaan, sekolah, rumahan, operator greenhouse.
Pada dasarnya siapapun yang bercocok tanam yang butuh pengairan yang tepat dan
efisien, bisa menggunakan sistem ini.
Dengan
penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro
ini secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap
hari sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
Pemberian
air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi (applicator,
emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi
yang tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran tanaman.Tekanan air yang
masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati
nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah.
Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada
irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat
dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara
harian (minimal 12 jam per hari).
Irigasi
tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu
dapat meningkatkan nilai guna air, dimana secara umum, air yang digunakan pada
irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lainnya. Meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan hasil, fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat
dihindari dengan irigasi tetes ini dan kelembaban tanah dipertahankan pada
tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pemberian, pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini
dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan
menjadi lebih sedikit, serta menekan resiko penumpukan garam, dan pertumbuhan gulma, Pemberian air pada irigasi
tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma
dapat ditekan sehingga dapat menghemat tenaga kerja, sistem irigasi tetes dapat
dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang
diperlukan menjadi lebih sedikit.
Sedangkan
Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah memerlukan perawatan
yang intensif karena penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering
terjadi pada irigasi tetes. Penumpukan garam, bila air yang digunakan
mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko penumpukan
garam menjadi tinggi. Juga akan membatasi pertumbuhan tanaman dimana pemberian
air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila
perhitungan kebutuhan air kurang cermat dan keterbatasan biaya dan teknik, sistem
irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya.
Rancangan irigasi
pada suatu lahan pertanian
Metoda
Pemberian Air Pada Irigasi Tetes
Pemberian
air irigasi pada irigasi tetes meliputi beberapa metoda pemberian, yaitu sebagai
berikut:
a. Irigasi tetes (drip
irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan
yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan
menggunakan emitter. Debit pemberian sangat rendah, biasanya kurang dari
12l/jam untuk point source emitter atau kurang dari 12l/jam per m untuk line
source emitter.
b. Irigasi bawah permukaan (sub-surface
irrigation). Pada metoda ini air irigasi diberikan menggunakan emitter di
bawah permukaan tanah. Debit pemberian pada metoda irigasi ini sama dengan yang
dilakukan pada irigasi tetes.
c. Bubbler irrigation.
Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah seperti aliran kecil
menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit sampai dengan 225 l/jam.
Untuk mengontrol aliran permukaan (run off) dan erosi, seringkali dikombinasikan
dengan cara penggenangan (basin) dan alur (furrow)
d. Irigasi percik (spray
irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dengan menggunakan
penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit pemberian
irigasi percik sampai dengan 115 l/jam. Pada metoda ini, kehilangan air karena
evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda irigasi tetes lainnya.
Irigasi
tetes juga dapat dibedakan berdasarkan jenis cucuran air menjadi :
(a) Air merembes sepanjang pipa lateral (viaflo)
(b) Air menetes atau memancar
melalui alat aplikasi yang di pasang pada pipa lateral
(c) Air menetes atau
memancar melalui lubang-lubang pada pipa lateral
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman dengan jaraksesuai jarak antar tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air, juga dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk sambungan.
Komponen Irigasi Tetes
Sistem irigasi
tetes di lapangan umumnya terdiri dari jalur utama, pipa pembagi,pipa lateral,
alat aplikasi dan sistem pengontrol .
1.
Unit utama (head unit)
Unit
utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan komponen
pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup). Sistem irigasi tetes tidak harus
selalu menggunakan pompa untuk mengalirkan air ke setiap pohon. Ada cara yang
lebih simpel yaitu dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Cara ini cocok
untuk sumber air yang lebih tinggi dari kebun. Bahkan tinggi sumber air 1 m pun
memungkinkan. Sistem gravitasi bisa lebih menghemat biaya, petani tidak perlu
membeli pompa untuk mengalirkan air ke seluruh kebun.
Instalasi
irigasi tetes sistem gravitasi memerlukan tangki sebagai penampung air, menara
penopang tangki, kran, saringan (filter), pipa PVC, sambungan pipa, dan pipa
tetes (drip line) tempat air menetes ke setiap akar tanaman. Sumber
energi pompa hidram berasal dari tekanan tinggi akibat fenomena pukulan air
(water hammer) karena adanya perubahan kecepatan tiba-tiba dari aliran air oleh
penutupan katup, sehingga pompa ini tidak memerlukan suplai energi dari luar
seperti BBM atau listrik. Hal ini tentunya sangat baik untuk mendukung
pengembangan energi terbarukan (renewable energy) yang bebas polusi.
Prinsip kerja pompa
dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen seperti pipa suplai , katup buang
, katup masuk , tabung udara , dan pipa hantar. Sistem kerja diawali aliran air
dari sumber masuk melalui pipa suplai dan keluar melalui katup buang. Naiknya
kecepatan aliran akan mendorong katup buang ke atas hingga tertutup dan menghentikan
aliran air dari pipa suplai. Hal ini menyebabkan terjadinya fenomena pukulan
air sehingga tekanan naik secara drastis. Kenaikan tekanan ini akan membuka
katup masuk sehingga terjadi aliran menuju pipa hantar.
Aliran air ini yang
diharapkan dari pompa ini dan dapat digunakan untuk konsumsi kita sesuai dengan
kebutuhannya. Aliran ini menyebabkan tekanan kembali turun dan karena pengaruh
beratnya sehingga katup tertutup kembali. Ini diikuti pembukaan katup buang
yang juga dipengaruhi oleh beratnya, sehingga air akan mengalir kembali melalui
katup ini dan begitulah seterusnya siklus akan terjadi dengan cepat. Dengan
prinsip tersebut membuat pompa hidram ini dapat bekerja terus selama 24 jam
tanpa henti. Efisiensi keseluruhan dapat diperoleh secara baik. Lebih dari 5
persen energi dari aliran air dapat dipindahkan ke aliran kiriman.
Untuk mendesain pompa
hidram perlu mencermati aliran sumber air berupa debit sumber air pada kondisi
normal dan pengukuran dilakukan pada musim kering karena pada saat itu terjadi debit
minim. Selain itu melihat ketinggian sumber air terhadap lokasi pompa
hidram dan kemiringan lokasi di bawah sumber air. Tinggi dari sumber air ke
tempat yang diharapkan untuk suplai air perlu diketahui untuk memperkirakan
penempatan pompa hidram dan berdasar populasi penduduk atau luas lahan
pertanian yang akan dilayani atau kebutuhan lainnya sesuai kondisi tiap-tiap
daerah.
Pompa hidram dapat
bekerja secara otomatis dan hanya membutuhkan sedikit perawatan. Tidak
membutuhkan energi dari luar untuk pemompaan seperti BBM dan listrik, tetapi
menggunakan aliran air sebagai energinya. Hampir tidak memerlukan biaya
operasional, dan karena tidak ada bagian yang bergesekan, penggunaan pelumasan
oli secara rutin tidak diperlukan.
Akibat
beda ketinggian ini, air akan mengalir dari tangki melalui pipa PVC, dari pipa
PVC air kemudian mengalir ke drip lines yang memiliki lubang-lubang
untuk meneteskan air ke setiap tanaman. Pengaturan waktu penyiraman dilakukan
dengan cara membuka-tutup kran. Kran sebaiknya dilengkapi dengan filter agar
kotoran tidak masuk ke dalam pipa.
Dengan
irigasi tetes sistem gravitasi, setiap tanaman akan mendapatkan jatah air yang
sama bila menggunakan regulator (panjang lk. 3 cm) di dalam pipa tetes.
Regulator ini berupa celah-celah berbentuk zig-zag. Di ujung regulator inilah
terdapat lubang kecil tempat air menetes.
Umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida
(PVC), galvanized steel atau besi cor dan berdiameter antara 7.5–25
cm. Pipa utama dapat dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah.
3.
Pipa pembagi (sub-main, manifold)
Dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 μm), katup selenoid, regulator
tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa
PVC atau pipa HDPE (high density polyethylene) dan berdiameter antara 50
– 75 mm. Penyambungan pipa pembagi–pipa utama dapat dibuat seperti yang
ditunjukkan pada.
4.
Pipa Lateral
Merupakan
pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari pipa polyethylene (PE)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7, berdiameter 8 – 20 mm dan dilengkapi
dengan katup pembuang. Penyambungan pipa lateral–pipa pembagi dapat dilakukan
dengan berbagai cara.
5.
Alat aplikasi (applicator, emission device)
Alat aplikasi terdiri dari
penetes (emitter), pipa kecil (small tube, bubbler) dan penyemprot
kecil (micro sprinkler) yang dipasang pada pipa lateral. Alat aplikasi terbuat dari berbagai
bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan sebagainya.
Gambar 7. Komponen drip irigasi
Gambar 8. Jenis Sprinkler Irigasi
Bentuk
Rancangan Irigasi Tetes.
Yang
menarik dalam usaha pertanian ini adalah, bagaimana menggabungkan ekosistem
hutan dengan ekosistem tanaman perkebunan seperti kakao dan mente. Sedangkan
persoalan di lahan pertanian yang paling menonjol adalah rusaknya hutan dan bertambahnya
kerusakan lahan akibat erosi. Petani kebanyakan membuka hutan untuk ditanami
ubi, jagung, dan padi. “Tanah hutan sangat subur, sehingga banyak dari kawan-kawan
petani, enggan membuat teras, paling-paling membuat ‘blepeng’, yaitu
kayu yang direbahkan begitu saja di lahan miring, maksudnya untuk menahan laju
tanah ke bawah”. Air sangat sulit di musim kemarau dan harus berjalan 2-3 km
untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, tanaman keras seperti mente, kakao,
kemiri dan asam pada umur 1-2 tahun banyak yang mati. Upaya untuk menyiram
tanaman sangatlah tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, perlu dicarikan
cara lain untuk menyediakan air untuk tanaman. Salah satunya adalah dengan
sistem irigasi tetes.
Gambar 9. Model/Bentuk Irigasi Tetes
Sistem irigasi tetes sangat
membantu memperlambat penguapan dan membantu pertumbuhan tanaman di musim
kemarau. Dengan sistem ini, 500 pohon kakao dan 200 pohon mente umur 1,5-2 tahun
tidak mati pada musim kemarau. Bahannya sangat sederhana, yaitu bambu (2-3
ruas) garis tengah 10-15 cm. Antarruas dibuat lubang besar kecuali ruas
terakhir diberi lubang kecil agar air keluar secara merembes. Ditaruh di dekat tanaman,
terutama bagian bawah dekat akar.
Untuk
mengurangi penguapan, diberi jerami. Dengan 3-4 ruas bambu, pengisian air
dikerjakan tiap 4-5 hari sekali. Bila 7 ruas bambu pengisian air bisa dilakukan
tiap 7-8 hari. Sehingga sangat membantu dalam menghemat tenaga menyiram dan
ongkos.
Berbeda dengan petani di Ojan Detun, Kecamatan
Wulanggitang, Flores Timur, berhasil menemukan alat sederhana irigasi tetes
yang bisa dipergunakan untuk mengairi tanaman umur panjang seperti mangga,
rambutan, jeruk dan sejenisnya. Alat ini bisa mengairi tanaman satu kali dalam
jeda waktu tiga hari. Artinya dalam tiga hari, hanya sekali mengisi air dalam
alat dan itupun tergantung dari cepat lambatnya tetesan air yang diinginkan.
Alat yang terbuat dari bekas botol plastik kemasan minuman ini, mampu bertahan
untuk pengairan hingga 2-3 tahun. Bukan hal sulit untuk membuat alat ini.
Apabila menginginkan keselamatan tanaman, maka hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan jenis ini adalah kehati-hatian serta keuletan, jangan sampai
alat ini bocor dan mempengaruhi daya tetes air tersebut.
Mendapatkan alat dan bahan untuk pembuatan alat ini sangatlah
mudah karena bisa dipergunakan dari limbah rumah tangga yang dipastikan bisa
bermanfaat seperti botol plastik kemasan minuman (aqua). Sedangkan alat yang
harus dibeli adalah lem castol, alat potong dan isolasi kertas.
Adapun alat dan bahan tersebut antara lain: Botol plastik
kemasan air minuman ukuran 500 ml atau 1500 ml, alat pemotong (gunting, pisau),
paku, sedotan dan lem pipa, karet sandal jepit.
Gambar 10. Botol sebagai Alat Irigasi Tetes
(Sumber : http://banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=457&Itemid=12)Adapun cara dalam membuat alat ini adalah sebagai berikut:
1. Siapkan semua alat dan bahan yang telah
tertulis di atas.
2. Potong bagian bawah/pantat botol minuman
tersebut 10 cm dari bawah.
3. Lubangi tutupan
botol minuman tersebut dengan menggunakan paku sebesar ukuran sedotan (paku
sebaiknya dipanaskan dulu).
4. Masukkan filter
rokok ke dalam lubang sedotan sepanjang ukuran filter rokok tersebut (usahakan
jangan sampai longgar).
5. Masukkan
sedotan yang telah diisi dengan filter rokok ke dalam lubang tutupan botol
minuman (yang dimasukkan adalah lubang yang tidak ada filternya sepanjang 10
cm).
6. Setelah sedotan
dimasukkan ke dalam lubang tutupan botol minuman, lapisi dengan karet sandal di
bawah tutupan botol tersebut untuk menghindari kebocoran (karet sandal dan
tutupan botol bagian bawah tersebut sebaiknya diolesi dulu dengan lem castol).
7. Tutup kembali
botol minuman tersebut dengan tutupnya secara kencang dan olesi lagi dengan lem
pipa.
8. Potong kain
kasa dan tutup botol yang dipotong tadi dengan kain kasa lalu ikat dengan tali sampai kencang (kain
kasa ini berfungsi untuk menyaring kotoran yang ada dalam air sehingga tidak
menyumbat bagian permukaan filter).
9. Lubangi sisi botol bagian atas untuk tempat
tali.
10.Ikat botol itu
pada bambu/kayu sebagai tiang.
11.Tancapkan alat
tersebut pas di sebelah tanaman.
12.Masukan air
sampai penuh dan alat sudah bisa dipergunakan. Alat ini memiliki tekanan air 10
detik sekali tetes. Bila ingin mengubahnya menjadi lebih lama misalnya 20 detik
maka kita tinggal menambahkan filter rokok lagi sepanjang ukuran filter itu
(artinya ada dua potongan filter rokok dalam lubang sedotan).
Kesimpulan.
Berdasarkan hasil
penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
v
Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan
air untuk tanaman mulai dari tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil
dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan kepada tanaman yang
memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang
melalui saluran pembuang menuju sungai kembali.
v Irigasi tetes tampaknya bisa
dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya
persediaan air di lahan-lahan kering.
v Irigasi tetes mempunyai
kelebihan yaitu dapat meningkatkan nilai guna air namun memiliki kelemahan yaitu
memerlukan perawatan yang lebih intensif.
v Komponen Irigasi Tetes antara lain yaitu Unit utama (head unit),
Pipa utama (main line),
Pipa pembagi (sub-main, manifold), Pipa Lateral dan Alat aplikasi (applicator,
emission device).
v
Sistem
irigasi tetes sangat membantu memperlambat penguapan dan membantu pertumbuhan
tanaman di musim kemarau dan dapat mengairi tanaman
umur panjang seperti mangga, rambutan, jeruk dan sejenisnya hanya dengan
mengginakan botol plastik ataupun bambu sebagai bahannya.
Daftar Pustaka
Ade R. Purnama , 2008 , Seminar Akhir Jaringan Irigasi
Sistim Pompa Air Tanpa Motor (Jis-Patm) Di Kabupaten Merauke. http://kab.marauke.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=158&itemid=9.
Diakses pada tanggal 7 april 2009.
Azwaruddin, 2008, Teknik Irigasi, http://azwaruddin.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 7 April
2009.
Christanto,Hery
dan Junaidin, Amd., 2003, Irigasi Tetes: Sebuah Pilihan Pengairan di Lahan Kering, majalah Salam, Dompu, Mataram – NTB.
Merit,
I Nyoman dan I Wayan Narka, 2004, Pengaruh
Interval Pemberian Air melalui Irigasi Tetes (drip irrigation) dan Pupuk Mineral Plus terhadap Produksi Anggur
pada Lahan Kering di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Udayana , Denpasar –Bali.
Prastowo, A.,
2002., Teknologi Irigasi Tetes, Laboratorium
Teknik Tanah dan Air, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Sofyan
Agus Dr. Ir, MS., 2009, Pedoman Teknis
Pengembangan irigasi Air Permukaan, Direktorat Pengelolaan Air Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian, Jakarta.
Suhaya, Dede., 2008, Irigasi Tetes,Cara Efisien Menyiram Tanaman,
http://dedesuhaya.blogspot.com/2008/06/irigasi-tetes-cara-efisien-menyiram-html., diakses pada tanggal 7 April
2009.
Tribowo., R. Ismu dan Hendarwin M.A., 2008, Analisis Penggunaan Sistem Irigasi
Tetes Dengan Pompa Air , Balai Besar
Pengembangan TTG-LIPI, Subang-Jawa Barat.
Komentar