Pengujian Viabilitas Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Berbagai Metode Perkecamabahan
KATA PENGANTAR
Produktivitas tanaman pangan dan hortikultura umumnya masih rendah ditingkat petani dari produktivitas seharusnya. Sehingga, program revitalisasi pertanian diarahkan pada ketersediaan benih dan penggunaan benih bermutu. Cara untuk mendapatkan benih bermutu dapat diperoleh melalui teknik pengujian mutu benih yang cermat dan intensif. Pengujian viabilitas benih merupakan salah satu pengujian mutu benih yang dapat menunjukkan daya hidup benih dan dapat diukur dengan tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) pada beberapa metode perkecambahan yang ada.
Laporan ini dususun sebagai hasil dari kegiatan praktikum untuk mata kuliah Analisis Mutu Benih yang dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Darmaga IPB. Laporan dengan judul “Pengujian Viabilitas Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Berbagai Metode Perkecamabahan” berisi mengenai latar belakang praktikum, metode yang digunakan, pelaksanaan hingga hasil praktikum.
Dengan adanya laporan praktikum ini, diharapkan informasi atau rekomendasi terhadap metoda yang efektif untuk pengujian viabilitas pada benih-benih tanaman pangan dan hortikultura. Dalam pembuatan laporan ini, tentu terdapat kekeliruan sehingga diperlukan kritik dan saran untuk memperbaiki isi laporan sehingga lebik baik dan disempurnakan apabila diperlukan.
Bogor, 15 Juni 2012
Praktikan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengadaan benih bermutu merupakan upaya penting dalam menyukseskan keberhasilan pengembangan pertanian khususnya tanaman pangan dan hortikultura. Produktivitas tanaman pangan dan hortikultura umumnya masih rendah ditingkat petani dari produktivitas seharusnya (Hasanah, 2002). Keadaan ini disebabkan oleh rendahnya mutu benih yang digunakan terlebih penyediaan benih unggul/bersertifikat masih kurang. Oleh karena itu program revitalisasi pertanian diarahkan pada ketersediaan benih dan penggunaan benih bermutu.
Mutu benih sangat menentukan tingkat produktivitas tanaman yang dicapai. Selain itu, penggunaan benih yang bermutu tinggi bersifat lebih respon terhadap teknologi produksi yang diterapkan dan menentukan kepastian populasi tanaman yang tumbuh. Program peningkatan produksi tanaman pangan harus didukung dengan benih yang unggul yang memiliki mutu benih yang tinggi. Mutu benih tersebut harus mencakup mutu genetik, fisik, serta mutu fisiologi (Adisarwanto dan Widyastuti, 2001).
Cara untuk mendapatkan benih bermutu dapat diperoleh melalui teknik pengujian mutu benih yang benar-benar cermat dan intensif. Pengujian viabilitas benih merupakan salah satu pengujian mutu benih yang dapat menunjukkan daya hidup benih dalam fenomena fisiologis maupun biokimia. Viabilitas benih dapat diukur dengan tolok ukur daya berkecambah (germination capacity).
Beberapa metode pengujian viabilitas benih menurut ISTA 2008 yaitu uji viabilitas benih pada media kertas antara lain pada kertas (top of paper/TP), antar kertas (between of paper/BP), antar kertas lipat (plated paper/PP) dan uji viabilitas benih pada media pasir antara lain media pasir (TS) dalam pasir (S).
Berdasarkan uraian tersebut, percobaan mengenai pengujian mutu benih dalam hal ini pengujian viabilitas benih tanaman pada beberapa metode perkecambahan perlu dilakukan guna mengetahui tingkat viabel dan keseragaman benih tanaman tersebut.
Tujuan Percobaan
Tujuan pengujian viabilitas benih adalah untuk menentukan potensi perkecambahan maksimal dari suatu lot benih dengan menggunakan beberapa metode perkecambahan sehingga dapat membandingkan mutu benih dari lot benih yang berbeda.
Hipotesis
Adapun hipotesis percobaan ini adalah terdapat salah satu metode perkecambahan yang efektif dan memberikan pengaruh terhadap pengujian viabilitas benih tanaman pangan dan hortikultura.
TINJAUAN PUSTAKA
Viabilitas Benih
Viabilitas berasal dari kata viable (dalam bahasa Perancis Le vita = kehidupan). Viabilitas diartikan sebagai ditakdirkan untuk hidup atau mampu untuk hidup sebagai mahluk yang normal atau memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Benih yang viabel adalah benih yang bila dihadapkan pada kondisi atau keadaan yang memungkinkan untuk perkecambahan, maka benih tersebut dapat tumbuh, mampu berkembang menjadi bibit dan menjadi tanaman normal. Dengan kata lain, viabilitas benih dapat didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan berkembang menjadi bibit yang baik meskipun pada kondisi lapangan produksi yang kurang menguntungkan. Selain itu, merupakan tingkatan benih yang metabolik aktif, memiliki enzim yang mampu mengkatalisa reaksi metabolik yang dibutuhkan untuk perkecambahan dan pertumbuhan bibit (Tim Pengampu, 2011).
Gambar Benih Kedelai Bermutu
Lahan dari satu daerah dengan daerah lain bahkan pada satu hamparan lahan dapat berbeda-beda. Selain berbeda, juga dapat terjadi perubahan sehingga keadaan menjadi tidak tetap. Faktor yang menyebabkan perubahan tersebut adalah : air, suhu dan oksigen. Perubahan atau pola keadaan yang berbeda ini sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat di lapang, meskipun benih mendapatkan syarat tumbuh yang sama ternyata perkecambahan atau pemunculan bibit baik persentasi yang tumbuh maupun kecepatan tumbuh benih tidak sama. Hal ini disebabkan benih mengalami dorman atau benih mengalami kehilangan viabilitasnya.
Dormansi dapat dipatahkan dengan memberikan suatu perlakuan pada benih sehingga benih mampu berkecambah. Namun benih yang mengalami kehilangan viabilitas sifatnya irreversible atau tidak bisa berubah menjadi viabel kembali. Jadi, benih yang viabel adalah benih yang mampu berkecambah pada kondisi yang memungkinkan tanpa perlakuan pematahan dormansi apapun. Faktor-faktor yang mempenaruhi viabilitas benih pada saat benih diproduksi di lapang adalah ketersediaan air, ketersediaan hara, lahan produksi benih yang bersih dari OPT, suhu optimum di lapang dan cahaya yang cukup.
Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme. Untuk metode uji secara langsung diperlukan substrat pengujian, dapat berupa kertas, pasir, tanah dan sebagainya. Metode uji dengan substrat sebagai tempat, lebih cepat dan lebih mudah menilai struktur-struktur penting kecambah dan dapat dengan mudah distandarisasi. Metode uji dapat dilakukan untuk mendapatkan uji daya berkecambah, dan kekuatan tumbuh, hal ini tergantung pada kondisi lingkungan pengujian benih (Aryunis, et al. 2009).
Perkecambahan Benih
Pengertian perkecambahan benih menurut Jann dan Amen dalam Usmanij (1990) dibedakan menjadi : (1) morfologis, yaitu perubahan bentuk embrio menjadi kecambah, (2) fisiologis, yaitu dimulainya kembali proses metabolisme dan pertumbuhan struktur penting dari embrio yang tadinya tertunda dan ditandai dengan munculnya struktur tersebut menembus kulit benih, dan (3) biokimia, yaitu suatu rangkaian perubahan lintasan-lintasan oksidatif yang menyebabkan perubahan senyawa-senyawa kimia dalam benih. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula. (Bagod Sudjadi, 2006).
Tissaoui dan Come dalam Fitria A (2001), menyatakan bahwa keseluruhan proses perkecambahan melewati tiga fase, yaitu fase imbibisi, fase perkecambahan sensu stricto (fase aktifasi) dan fase pertumbuhan yang diawali munculnya radikula.
Fase I disebut juga dengan fase imbibisi, dalam fase ini air diserap oleh benih, baik benih dorman maupun non dorman, benih viabel maupun non viabel. Proses ini berlangsung karena adanya perbedaan potensial air antara benih dengan air yang sangat besar. Potensial air pada benih kering dapat mencapai –1000 bar, sementara pada air 0 bar. Fase II atau lag phase adalah periode mulai aktifnya metabolisme sebagai persiapan untuk perkecambahan pada benih non dorman. Sementara pengaktifan metabolisme tidak terjadi pada benih mati. Fase III atau fase pertumbuhan hanya terjadi pada benih non dorman yang viabel, ditandai dengan munculnya akar dan diikuti dengan proses pembelahan sel yang ekstensif, peningkatan laju penyerapan air dan perombakan cadangan makanan.
Proses yang terjadi selama perkecambahan meliputi proses pada awal perkecambahan (sebelum gejala kecambah nampak) seperti imbibisi merupakan proses penyerapan air kedalam benih, hal ini dipengaruhi oleh tingkat permeabilitas kulit benih, komposisi kimia benih dan ketersediaan air disekitarnya; pengaktifan respirasi; dan pengaktifan enzim, organel, sintesa RNA dan protein. Proses lainnya adalah proses lanjutan dari perkecambahan (sesudah gejala nampak) seperti perombakan dan mobilitas cadangan makanan utama meliputi karbohidrat, lemak, protein dan fosfat; respirasi dan biosintesa; serta pertumbuhan kecambah
Metode Perkecambahan
Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme. Untuk metode uji secara langsung diperlukan substrat pengujian, dapat berupa kertas, pasir, tanah dan sebagainya. Metode uji dengan substrat sebagai tempat, lebih cepat dan lebih mudah menilai struktur-struktur penting kecambah dan dapat dengan mudah distandarisasi. Metode uji dapat dilakukan untuk mendapatkan uji daya berkecambah, dan kekuatan tumbuh, hal ini tergantung pada kondisi lingkungan pengujian benih (Aryunis, et al. 2009).
Metode uji viabilitas benih secara langsung antara lain adalah :
a. UDK (Uji Diatas Kertas), UDKm (Uji Diatas Kertas dimiringkan).
Dengan UDK, UDKm dimaksudkan untuk menguji benih diatas lembar substrat. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya. Benih ditanam diatas lembar substrat yang diletakkan pada petridish atau cawan plastik. Petridish dapat ditutup atau dibuka, tergantung pada ukuran besarnya benih. untuk benih sebesar padi, petridish dibuka, sedangkan sebesar tembakau ditutup. Meletakkan petridish pada trays di germinator dapat secara dimiringkan yaitu dengan memiringkan letak trays di germinator, sehingga metode menjadi UDKm.
b. UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas dimiringkan).
UAK dimaksudkan menguji benih dengan menanam benih diantara lembar substrat, kemudian dilipat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya. Misalnya benih padi, sorghum, bayam dan sebagainya. Seperti pada UDK, metode UAK dapat dilakukan secara dimiringkan, yaitu dengan memiringkan letak trays dialat pengecambah benih, metode menjadi UAKm.
c. UKD atau Uji Kertas Digulung
Metode ini dimaksudkan untuk menguji benih dengan cara menanam benih diantara lembar substrat, kemudian digulung. Dapat digunakan untuk benih yang tidak peka cahaya untuk perkecambahannya. Untuk benih yang berukuran sebesar benih jagung, kedelai kacang tanah, dan sebagainya, sebstrat pengujian dilapisi plastik diluarnya sehingga metodenya menjadi UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik)
d. UKDd atau Uji Kertas Digulung Didirikan.
Metode ini digunakan untuk menguji kekuatan tumbuh benih berdasarkan spontanitas tumbuhnya benih. benih ditanam dalam satu deretan, diantara lembar substrat dan digulung. Letakkan deretan benih kira-kira 1/3 X ½ kertas dari lebar kertas, dengan arah pertumbuhan akar primer ke bagian 2/3 X ½ lebar kertas.
e. UKDdp (Uji kertas Digulung dididrikan Dalam plastik).
Metode ini UKDdp sama dengan kegunaannya dengan metode UKDd, hanya perbedaanya UKDdp digunakan untuk menguji bnih yang benih yang berukuran sebesar seprti jagung,kedelai,kacang tanah,dan sebagainya karena benihnya agak besra , metode ini mengggunakan plastik diluarnya (Aryunis,et al.2009).
Beberapa metode uji viabilitas benih secara tidak langsung yaitu pengujian Viabilitas benih secara biokhemis (uji cepat viabilitas benih dengan tetrazholium) dan penetapan berat 1000 butir. Uji viabilitas dapat melalui indikasi langsung ataupun indikasi tidak langsung seperti uji daya kecambah (%) uji viabilitas langsung (menguji kinerja pertumbuhan /perkecambahan benih) dan uji secara biokimia uji viabilitas tidak langsung (gejala kehidupan atau kapasitas metabolisme). Contoh: Uji Tetrazolium, Uji FeCl3, Uji DHL (Daya Hantar Listrik), dll.
METODOLOGI PERCOBAAN
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada 13-27 Maret 2012 bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini terdiri atas benih waluh, padi, kedelai, kacang panjang, tomat, aquades, kertas stensil, plastik, tisu, dan label. Alat yang digunakan meliputi gunting, cawan petri dan alat perkecambahan.
Rancangan Percobaan
Percobaan praktikum dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, yaitu metode perkecambahan. Metode percobaan terdiri atas metode uji di atas kertas (UDK), uji kertas digulung dengan plastik (UKDdp dan ½UKDdp)) dan uji kertas dilipat (kipas) bergantung pada jenis benih yang diuji. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat ulangan.
Model linear rancangan percobaan yang digunakan adalah:
Yij = µ + Mi + ρj + Eij
Yijk = viabilitas benih pada metode uji ke-i dan ulangan ke-j
µ = rataan umum
Vi = pengaruh metode uji ke-i
ρj = pengaruh ulangan ke-j
Eij = pengaruh acak metode uji ke-i dan ulangan ke-j
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Ms.Excel dan SAS System. Perlakuan yang menunjukkan beda nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada taraf 5%.
Metode Pelaksanaan
Benih kacang panjang diuji dengan metode UDK dan UKDdp, pengamatan dilakukan pada 3 dan 5 hari setelah tanam (HST. Benih padi diuji dengan metode ½UKDdp dan UDK, pengamatan dilakukan pada 5 dan 7 HST. Benih tomat diuji dengan metode kipas, UDK, dan ½UKDdp, pengamatan dilakukan pada 7 dan 14 HST. Benih waluh diuji dengan metode UDK dan UKDdp, pengamatan dilakukan pada 5 dan 7 HST. Sedangkan benih kedelai diuji dengan metode kipas dan UKDdp, diamati pada 3 dan 5 HST.
a. Metode Uji di Atas Kertas (UDK)
Metode UDK dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Lapisi cawan petri atau kotak mika dengan 3 lembar kertas stensil.
- Lembapkan kertas stensil dengan aquades hingga merata.
- Tanam sebanyak 25 butir benih di atas kertas.
- Simpan cawan petri atau kotak mika pada alat perkecambahan sesuai dengan waktu pengamatan.
b. Metode Uji Kertas Digulung dengan Plastik (UKDdp)
Metode UKDdp dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Lembapkan 5 lembar kertas stensil dengan menggunakan aquades.
- Tempatkan 1 lembar plastik di bawah 3 lembar kertas stensil lembap.
- Tanam sebanyak 25 butir benih pada kertas.
- Tutup kertas yang telah ditanam dengan 2 lembar kertas sisanya.
- Gulung kertas dengan rapi dan simpan pada alat perkecambahan sesuai dengan waktu pengamatan.
c. Metode Uji Kertas Digulung dengan Plastik (½UKDdp)
Metode ½UKDdp dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Lembapkan 3 lembar kertas stesil dengan menggunakan aquades kemudian tempatkan di atas 1 lembar plastik.
- Tanam 25 butir benih pada setelah bagian kertas.
- Lipat bagian kertas yang tidak tertanam benih hingga menutupi bagian lain yang berisi benih.
- Gulung kertas dengan rapi dan simpan pada alat perkecambahan sesuai dengan waktu pengamatan.
d. Metode Uji Kertas Dilipat (Kipas)
Metode kipas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Lembapkan tiga kertas stensil dengan menggunakan akuades.
- Lipat kertas menjadi 5 lipatan seperti bentuk kipas.
- Tanam sebanyak 25 butir benih pada kertas (5 butir benih pada masing-masing lipatan).
- Tempatkan kertas di dalam kotak mika dan simpan pada alat perkecambahan sesuai dengan waktu pengamatan.
Pengamatan
Tolok ukur yang diamati adalah daya berkecambah yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
DB (%) = {(SKN I+SKN II)/S benih} x 100%
Keterangan:
DB = daya berkecambah (%)
SKN I = jumlah kecambah normal pada pengamatan pertama
SKN II = jumlah kecambah normal pada pengamatan terakhir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil persentase viabilitas benih komoditi tanaman pangan dan hortikultura diperoleh dari beberapa metode perkecambahan. Pengaruh metode perkecambahan pada beberapa komoditi tanaman pangan dan hortikultura pada tolok ukur persentase viabilitas disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Persentase viabilitas beberapa komoditi
tanaman pada berbagai metode perkecambahan.
Komoditi
|
Metode Perkecambahan
|
Viabilitas (%)
|
Waluh
|
UKDdp
|
66.67 a
|
UDK
|
0.00 b
|
|
Padi
|
½ UKDdp
|
2.00 a
|
UDK
|
0.00 a
|
|
Tomat
|
Kipas
|
47.00 a
|
½ UKDdp
|
44.00 a
|
|
UDK
|
22.00 a
|
|
Kedelai
|
Kipas
|
79.00 a
|
UKDdp
|
83.00 a
|
|
Kacang Panjang
|
UKDdp
|
74.00 a
|
UDK
|
31.00 b
|
Keterangan
: Angka-angka yang masih
diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji DMRT α = 0,01.
Tabel 1 menunjukkan bahwa komoditi waluh memberikan hasil viabilitas tertinggi 66.67% pada metode perkecambahan UKDdp dan berbeda nyata dengan metode perkecamabahan UDK (0.00%). Untuk komoditi padi, memberikan hasil persentase viabilitas 2% pada metode perkecamabahan ½ UKDdp dan tidak berbeda nyata dengan metode (UDK 0.00%). Metode perkecambahan kipas pada komoditi tomat memberikan persentase viabilitas tertinggi (47.00%) dan tidak berbeda nyata dengan metode ½ UKDdp (44.00%) dan UDK (22.00%). Komoditi kedelai memberikan hasil persentase viabilitas terbaik pada metode UKDdp (83.00%) dan tidak berbeda nyata dengan metode kipas (79.00%). Sedangkan komoditi kacang panjang juga menunjukkan viabilitas tertinggi pada metode UKDdp (74.00%) tetapi berbeda nyata dengan metode UDK (31.00%).
Metode perkecambahan UKDdp menunjukkan persentase viabilitas tertinggi pada komoditi kedelai (83.00%), kacang panjang (74.00%) dan waluh (66.67%). Metode perkecambahan UKDdp menggunakan kertas buram yang kemudian digulung didirikan dalam suatu plastik untuk mengecambahkan benih yang berukuran besar. Adanya plastik diantara gulungan kertas merang ini membantu pertumbuhan akar antar individu benih tidak terhambat dan tidak menembus kertas sebagai tempat pertumbuhan akar individu benih yang lainnya. Selain itu, dengan metode digulung dan didirikan dapat membentuk plumula benih menjadi tegak serta kemampuan kertas merang menjerap air, memudahkan biji untuk berimbibisi dan menumbuhkan plumula/radikula lebih cepat. Menurut pendapat Suwarno dan Santana (2009) bawha pengujian viabilitas dengan metode UKDdp untuk benih berukuran besar dengan kertas stensil/buram memiliki tingkat kesamaan dengan sustrat kertas merang.
Benih kedelai memberikan persentase viabilitas tertinggi pada metode perkecambahan UKDdp (83.00%) dibandingkan dengan komoditi lainnya. Permukaan kulit benih kedelai cukup halus sehingga memudahkannya untuk berimbibisi apalagi pada kadar air yang rendah yang dapat menyebabkan permukaan kulit akan pecah sehingga memudahkan air masuk dan kecambah untuk keluar. Selain itu, permeabilitas kulit benih yang tinggi akan memudahkan masuknya air dan oksigen kedalam benih yang segera akan mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme benih. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2012) bahwa Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup dan tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai bisa langsung ditanam. Kedelai kuning mempunyai permeabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai hitam, karena kandungan lignin kedelai hitam var. Merapi lebih tinggi (15,31%) dibandingkan kedelai kuning var. Lompo-Batang (1,43%) (Maiwanto, 2003). Permeabilitas kulit benih yang tinggi akan memudahkan masuknya air dan oksigen ke dalam benih yang segera akan mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme benih. Salah satu enzim yang aktif adalah respirasi, respirasi menggunakan substrat dari cadangan makanan dalam benih, sehingga cadangan makanan berkurang untuk pertumbuhan embrio pada saat benih dikecambahkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari hasil percobaan adalah metode perkecamabahan UKDdp (Uji kertas digulung didirikan dalam plastik) menunjukkan persentase viabilitas tertinggi pada komoditi Kedelai (83.00%), kacang panjang (74.00%) dan waluh (66.67%) dibandingkan dengan metode perkecamabahn lainnya.
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnnya adalah membandingkan metode perkecambahan susbstrat kertas dengan jenis yang berbeda(merang/buram/stensil) dan tingkat ketebalan yang berbeda pula (2,3,4 Lembar) untuk mengetahui tingkat kefektifan penggunaannya. Selain itu, juga dapat menguji dengan menggunakan media lain seperti tanah, pasir, sekam dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto dan Y.E. Widyastuti. 2001. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya, Jakarta. 86 hal.Anonim. 2012. Kedelai. http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012.
Aryunis , Ir. 2009. Penuntun Pratikum Teknologi Benih . Fakultas Pertanian Universitas
Jambi, Jambi.
Bagod Sudjadi. 2006. Biologi sains
dalam kehidupan 1B. Penerbit Yudhistira.
Yogyakarta.
Fatimah Nur. 2009. Substrat Kertas Alternatif
Pada Uji Viabilitas Benih. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan. Surabaya.
Fitria,
A. A. 2001. Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan, Periode After-ripening,
Pematahan Dormansi dan Media Perkecambahan terhadap Dormansi Benih Terung Kopek
Solanum Melongena L. Varietas Dadali.
Sekripsi Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Hasanah,
Maharani, 2002. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih
Tanaman Industri. Jurnal Litbang Pertanian, 21(3).
ISTA. 2008. International Rules for Seed Testing. The International Seed
Testing Association. Basserdorf, Switzerland.
Maiwanto. 2003. Hubungan Antara
Kandungan Lignin Kulit Benih dengan Permeabilitas dan Daya Hantar Listrik
Rendemen Benih Kedelai. Jurnal Alta Agrosia 6 (2).
Suwarno, F. C,. dan Santana, D. B. 2009. Efesiensi
Beberapa Substrat dalam Pengujian Beberapa Varietas Benih Berukuran Besar dan
Kecil. J. Agron. Indonesia. 37 (3) : 249-255 (2009).
Tim Pengampu. 2011. Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi
Benih, Program Hibah Penulisan Buku Ajar. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Tim Penyusun. 2008. Diktat Kuliah dan Penuntun
Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Usmanij,
C.E. 1990. Studi Dormansi Benih Terung Kopek (Solanum melongena L) dan
berbagai cara pematahannya. Skripsi
Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.Bogor.63 hal
Wirawan,
1998. Peranan benih dalam usaha pengembangan palawija 1. Buletin Agronomi XII (1): 12-15. Seleksi Benih
Tahan Kering Melalui Uji PEG.
Lampiran
Tabel 2a. Sidik ragam persentase viabilitas waluh
Sumber
Keragaman
|
Derajat
Bebas
|
Jumlah
Kuadrat
|
Kuadrat
Tengah
|
F-Hitung
|
p-value
|
Metode
Uji
|
1
|
6666.667
|
6666.667
|
100.00
|
0.0006
|
Galat
|
4
|
266.667
|
66.667
|
||
Total
|
5
|
6933.333
|
Tabel 2b. Uji lanjut persentase viabilitas waluh (%)
Perlakuan
|
Viabilitas (%)
|
R2
|
KK
|
UKDdp
|
66.67a
|
96.15
|
24.49
|
UDK
|
0.00b
|
Tabel 3a. Sidik ragam persentase viabilitas padi
Sumber
Keragaman
|
Derajat
Bebas
|
Jumlah
Kuadrat
|
Kuadrat
Tengah
|
F-Hitung
|
p-value
|
Metode
Uji
|
1
|
8.000
|
8.000
|
1.00
|
0.356
|
Galat
|
6
|
48.000
|
8.000
|
||
Total
|
7
|
56.000
|
Tabel 3b. Uji lanjut persentase viabilitas padi (%)
Perlakuan
|
Viabilitas (%)
|
R2
|
KK
|
½ UKDdp
|
2.00a
|
14.29
|
282.84
|
UDK
|
0.00a
|
Tabel 4a. Sidik ragam persentase viabilitas tomat
Sumber
Keragaman
|
Derajat
Bebas
|
Jumlah
Kuadrat
|
Kuadrat
Tengah
|
F-Hitung
|
p-value
|
Metode
Uji
|
2
|
1490.667
|
745.333
|
2.66
|
0.124
|
Galat
|
9
|
2524.000
|
280.444
|
||
Total
|
11
|
4014.667
|
Tabel 4b. Uji lanjut persentase viabilitas tomat (%)
Perlakuan
|
Viabilitas (%)
|
R2
|
KK
|
Kipas
|
47.00a
|
37.13
|
44.46
|
½ UKDdp
|
44.00a
|
||
UDK
|
22.00a
|
Tabel 5a. Sidik ragam persentase viabilitas kedelai
Sumber
Keragaman
|
Derajat
Bebas
|
Jumlah
Kuadrat
|
Kuadrat
Tengah
|
F-Hitung
|
p-value
|
Metode
Uji
|
1
|
32.000
|
32.000
|
0.62
|
0.463
|
Galat
|
6
|
312.000
|
52.000
|
||
Total
|
7
|
344.000
|
Tabel 5b. Uji lanjut persentase viabilitas kedelai (%)
Perlakuan
|
Viabilitas (%)
|
R2
|
KK
|
Kipas
|
79.00a
|
81.01
|
24.39
|
UKDdp
|
83.00a
|
Tabel 6a. Sidik ragam persentase viabilitas kacang panjang
Sumber
Keragaman
|
Derajat
Bebas
|
Jumlah
Kuadrat
|
Kuadrat
Tengah
|
F-Hitung
|
p-value
|
Metode
|
1
|
3698.000
|
3698.000
|
15.45
|
0.0077
|
Galat
|
6
|
1436.000
|
239.333
|
||
Total
|
7
|
5134.000
|
Tabel 6b. Uji lanjut persentase viabilitas kacang panjang (%)
Perlakuan
|
Viabilitas (%)
|
R2
|
KK
|
UKDdp
|
74.00a
|
72.03
|
29.47
|
UDK
|
31.00b
|
Gambar 1. Perkecamabahan waluh dengan metode UDK dan UKDdp
Gambar 2. Perkecamabahan tomat dengan metode UDK
Gambar 3. Perkecamabahan kedelai
dengan metode UKD (Kipas)
Gambar 4. Perkecamabahan
padi dengan metode UDK
Gambar 5. Perkecamabahan
kacang panjang dengan metode UKDdp
Komentar