Potensi Pengembangan Tanaman Kedelai Di Kabupaten Pangkep


Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacang-kacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik.

Salah satu jenis tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril). Kedelai merupakan salah satu mata dagangan yang pasokannya di Indonesia semakin cenderung tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri. Sekalipun dapat ditanam dengan cara yang paling sederhana sekalipun, produktivitas dan produksinya dalam negeri hampir tidak mungkin dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat. 



Kedelai merupakan bahan baku makanan yang bergizi seperti tahu dan tempe. Hampir semua lapisan masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari kedelai. Bagi petani, tanaman ini penting untuk menambah pendapatan karena dapat segera dijual dan harganya tinggi.

Tanaman ini dapat diusahakan di lahan pasang surut. Hasilnya cukup memadai, namun cara mengusahakannya berbeda daripada di lahan sawah irigasi dan lahan kering. Tanaman ini tidak tahan genangan. Oleh sebab itu, tidak dianjurkan menanam kedelai di lahan pasang surut yang bertipe luapan air A yang selalu terluapi baik saat pasang besar maupun pasang kecil. 

Oleh karena itu, dalam dekade terakhir, untuk dapat memenuhi permintaan nasional yang cenderung terus meningkat, untuk tahun 1989 impor kedelainya masih di bawah 400.000 ton. Sedangkan pada tahun 1996, impor melonjak menjadi mendekati 800.000 ton, suatu peningkatan sebesar 100%. 

Besarnya angka impor tersebut merupakan salah satu indikator betapa besar kebutuhan kedelai untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Kegunaan kedelai untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah untuk memasok kebutuhan pokok berbagai jenis produk olahan.

Tanaman Kacang Kedelai

Dalam kehidupan masyarakat kita, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39% - 41% yang diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sudah sangat terkenal adalah tempe, kecap, tauco dan tauge. Bahkan diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botolan. Selain itu kedelai juga berperan penting dalam beberapa kegiatan industri hingga peternakan. 

Sebagai bahan makanan kedelai sangat berkhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga kondisi sel-sel tubuh. Kedelai banyak mengandung unsur dan zat-zat makanan penting seperti protein, lemak, karbohidrat dan sebagainya. Selain bijinya, dari tanaman kedelai ini beberapa bagian dari tanaman juga berguna untuk usaha peternakan, misalnya dari daun dan batangnya dapat digunakan untuk makanan ternak dan pupuk hijau. 

Sedangkan dari kacang kedelainya, selain untuk bahan baku seperti telah disebutkan di atas, juga dapat dikembangkan beberapa cabang yang dapat diolah lebih lanjut. Untuk cabang "protein kedelai" dapat diolah menjadi bahan industri makanan (seperti susu, vetsin, kue, dll) dan industri nonmakanan (seperti kertas, cat air, tinta cetak dll). Selanjutnya dari cabang minyak kedelai dapat digunakan sebagai bahan Gliserida (seperti minyak goreng, margarin, tinta, pernis, dll) dan sebagai bahan Lecithin (seperti margarine, insektisida, plastik, industri farmasi dll). 





Gambar Kacang Kedelai


Dengan memahami betapa besarnya kebutuhan kedelai untuk pasokan industri yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia tersebut di satu sisi, sedangkan disisi lain impor cenderung meningkat, maka dalam kondisi perekonomian seperti saat-saat ini, berbagai upaya yang dapat mengarah kepada memproduksikan kedelai dalam negeri secara optimal agar negara dapat memperkecil kedelai impor, merupakan momentum yang teapt untuk menggerakan masyarakat apakah dari kalangan perbankan, perusahaan besar selaku mitra, kalangan petani, instansi terkait, dan instansi lainnya, untuk menyatu dalam suatu pelaksanaan proyek dalam rangka meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. 

Dengan demikian, tampak bahwa tanaman kedelai memiliki manfaat ekonomis yang luas dan strategis, sekaligus berkaitan erat bagi pengembangan industri hilir. Oleh karena itu, dapat dimengerti apabila kebutuhan kedelai di dalam negeri sangat besar, bahkan untuk memenuhi permintaan ini dati tahun ke tahun impor kedelai cenderung meningkat. Selain impor meningkat karena meningkatnya permintaan di dalam negeri, ternyata produksi kedelai Indonesia juga masih relatif sangat rendah. 

Rendahnya produksi dalam negeri diakibatkan dari produktivitasnya yang rendah pula, yakni hanya berkisar 1-1,5 ton per Ha. Hal ini disadari merupakan suatu akibat dari cara budidayanya yang belum intensif, serta faktor internal petani yang belum menguasai peramalan produksi dan penguasaan informasi pasar. 

Secara teknis upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kedelai sudah tentu harus mengubah pola tanam yang belum intensif menjadi pola tanam intensif. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara lebih memantapkan penataan yang meliputi perbaikan serta penyempurnaan dalam penerapan teknologi pada setiap siklus produksi, yang dimulai dari : 
a. Proses persiapan dan pembuatan serta penyediaan pembenihan kedelai yang unggul. 
b. Persiapan lahan budidaya.
c. Penerapan teknologi penanaman.
d. Pemeliharaan tanaman.
e. Proses pemanenan.
f. Proses penanganan hasil.
g. Distribusi dan pemasaran hasil.

Kabupaten Pangkep

Secara geografi Kabupaten Pangkep terletak pada koordinat antara 110o sampai 113” Lintang Selatan dan 4o 40’ sampai 8.00 ” Bujur Timur. Dengan Batas-batas Wilayah sebagai berikut yaitu; Sebelah Utara dengan Kabupaten Barru, sebelah Selatan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur Kabupaten Bone dan Sebelah Barat dengan Pulau Kalimantan, Jawa, Madura Nusa Tenggara & Bali. Luas Wilayah 112,29 km2 Kabupaten Pangkep terdiri dari 7 kecamatan, 97 kelurahan dengan jarak 60 Km dari Kota Makassar. 

Adapun batas-batas Wilayahnya adalah :
- Sebelah Utara : Kabupaten Barru
- Sebelah Selatan : Kabupaten Maros
- Sebelah Timur : Kabupaten Bone.
- Sebelah Barat : Pulau Kalimantan, Jawa, Madura Nusa Tenggara & Bali.


Letak Geografi
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan atau biasa disingkat Pangkep dengan ibukota Pangkajene terletak dipantai barat Sulawesi Selatan dengan batas-batas adalah Kabupaten Barru di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah selatan, Kabupaten Bone di sebelah timur dan sebelah barat dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Madura, Pulau Nusa Tenggara dan Bali. 

Kabupaten Pangkep secara administratif terdiri dari 12 Kecamatan yaitu sembilan Kecamatan daratan dan tiga Kecamatan Kepulauan, memiliki luas wilayah secara keseluruhan sebesar 1.112,29 Km2 dan berjarak 51 Km dari Kota Makassar. 

Gambar Peta Kabupaten Pangkep

Topografi dan Klimatologi 
Daerah ini terletak di pesisir pantai barat Sulawesi selatan yang terdiri dari tiga wilayah yaitu dataran rendah, pegunungan dan wilayah Kepulauan. Wilayah Dataran yang terdiri dari dataran rendah dan pegunungan memiliki luas 73.721 ha membentang dari garis pantai barat ke Timur terdiri dari persawahan, tambak, rawa-rawa, empang sedangkan pada wilayah pegunungan dengan ketinggian 100 – 1000 meter diatas permukaan laut terletak disebelah timur batu cadas dan sebahagian mengandung batu bara serta berbagai jenis marmar. Sedangkan untuk wiayah kepulauan terdiri dari 117 buah pulau. Temperatur udara berada pada kisaran 21°C - 31°C dengan rata-rata 26,40°C. Keadaan angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang. Curah hujan pada tahun 2005 mencapai 802/159 hari hujan dengan kelembaban udara yang belum merata.

Sejak diundangkannya UU 22 tahun 1998 hingga sekarang, Pangkep telah banyak berbenah untuk menerapkannya secara penuh. Namun Pelaksanakan otonomi jika kita menengok pada sejarah masa lalu daerah sebenarnya telah lama dilakukan jauh sebelum otonomi daerah dikukuhkan pemerintah awal tahun 2000 lalu. Hal ini terungkap dalam sejarah bahwa sekitar abad ke – 12, Pangkep telah menjadi wilayah berdaulat. Dalam catatan sejarah, Pangkep adalah sebuah kerajaan yang mampu mengurus wilayahnya, punya kekuatan dan mendapat pengukuhan dari rakyatnya. Kini Pangkep telah banyak berbenah dan dengan adanya Undang-undang 22 untuk ber Otonomi, maka Kabupaten ini semakin memperlihatkan peningkatan Pembangunan diberbagai sektor seperti pertambangan, pertanian, peternakan, perkebunan dan pariwisata.Komoditi pertanian unggulan seperti padi sawah, padi ladang, kacang tanah, jagung, kedelai. Kacang hijau. Ubi kayu, ubi jalar demikianpula di sektor peternakan meningkat dengan adanya bantuan pengadaan sapi, kerbau, kuda, kambing, itik, ayam ras dan ayam kampung. 

Pada sektor Perkebunan banyak dijumpai Kelapa dalam, kelapa hibrida kopi, cengkeh, kakao, jambu mente, lada, kemiri, kapok. Sektor yang banyak mendokrak PAD adalah pertambangan, semisal Pabrik Semen Tonasa sebuah perusahaan BUMN yang paling berjasa dalam membangun daerah Pangkep karena dapat meraup PAD sebesar 20 milyar setiap tahun. Selain itu ada batubara, marmer, pasir kuarsa, batu gripping, batu sabak dan lempung. Dalam ukuran potensi Pangkep terbilang raksasa marmer yang mencapai kisaran 63.125.000 m3 yang terdapat di kecamatan Balocci, Bungoro dan Tondong Tallasa. 

TABEL 1. LUAS PANEN TANAMAN BAHAN MAKANAN UTAMA DI KABUPATEN PANGKEP MENURUT JENIS DAN KOMODITI TAHUN 2002-2006 (Ha).
KOMODITI
2002
2003
2004
2005
2006
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PADI SAWAH
19.996
19.247
18.248
18.377
18.865
PADI LADANG
1
-
-
-
-
JAGUNG
227
210
104
399
558
KACANG TANAH
1.005
1.251
1.016
1.084
1.116
KACANG KEDELE
518
431
497
552
441
KACANG HIJAU
963
1.275
1.021
945
605
KETELA POHON
121
89
47
49
102
KETELA RAMBAT
346
180
147
173
151
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep.

Demikian pula di sektor perikanan Kabupaten ini salah satu penghasil udang dan ikan; udang windu dengan produksi 1.852 ton per tahun dengan luas tambak 10.463,68 hektar. Selain itu terdapat juga budidaya potensi kelautan seperti ikan baronang, kerapuh, rumput laut dan teripang yang terdapat di pulau Gondong Bali, potensi budidaya lautnya mencapai sekitar 3.307 Ha dengan luas terumbu karang 36.000 Ha dan produksi ikan laut sebesar 7.000 ton pertahun. 
Di Sektor Pariwisata Pangkep terkenal dengan pemandian alamnya seperti; Leang-leang di Balocci, Permandian alam Mattampa di Bungoro dll.

TABEL 2. LUAS PANEN TANAMAN BAHAN MAKANAN UTAMA DI KABUPATEN PANGKEP MENURUT JENIS DAN KOMODITI TAHUN 2002-2006 (Ton).
KOMODITI
2002
2003
2004
2005
2006
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PADI SAWAH
111.264
107.594
102.116
90.517
104.630
PADI LADANG
4
-
-
-
-
JAGUNG
757
704
328
1.133
2.381,55
KACANG TANAH
1.430
1.816
1.773
1.961
2.067,04
KACANG KEDELE
717
603
695
990
680,85
KACANG HIJAU
932
1.243
1.011
868
600
KETELA POHON
1.185
873
469
505
598
KETELA RAMBAT
3.281
1.694
1.438
1.757
1.615,98
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten 

Kabupaten Pangkajene Kepulauan dengan wilayah pengembangan meliputi darat, laut dan pegunungan atau disebut “Tiga Dimensi”, kabupaten ini juga memiliki potensi sungai sebagai penghubung jalur transportasi antar wilayah. Jarak tempuh dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan 60 km dengan Luas Wilayah 112,29 km2.

JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk Kabupaten Pangkep pada tahun 2006 sebanyak 293.221 jiwa meningkat sebesar 1,34% dibandingkan dengan tahun 2005 yang berjumlah 289.347 jiwa, dengan penyebarab sebagai berikut:
  • Kecamatan Lk. Tangaya sebanyak 16.498 jiwa (5,63%).
  • Kecamatan Lk. Kalmas sebanyak 11.376 jiwa (3,88%).
  • Kecamatan Lk. Tupabbiring sebanyak 20.364 jiwa (10,36%).
  • Kecamatan Lk. Pangkajene sebanyak 38.714 jiwa (13,20%).
  • Kecamatan Lk. Balocci sebanyak 16.294 jiwa (5,56%).
  • Kecamatan Lk. Bungoro sebanyak 35.878 jiwa (12,24%).
  • Kecamatan Lk. Labakkang sebanyak 40.988 jiwa (13,89%).
  • Kecamatan Lk. Ma’rang sebanyak 31.401 jiwa (10,71%).
  • Kecamatan Lk. Segeri sebanyak 19.833 jiwa (6,76%).
  • Kecamatan Lk. Minasatene sebanyak 29.424 jiwa (10,03%).
  • Kecamatan Lk. Tondong sebanyak 9.533 jiwa (3,25%).
  • Kecamatan Lk. Mandalle sebanyak 12.918 jiwa (4.41%).

Secara keseluruhan penduduk perempuan pada tahun 2006 sedikit lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki yaitu 151.989 jiw2a penduduk perempuan berbanding 141.232 jiwa penduduk laki-laki atau dengan rasio setiap 1000 orang perempuan terdapat 929 orang laki-laki. 

Dari seluas 1.122,29 km2 Kabupaten Pangkep terdapat 63.770 rumah tangga dengan kepadatan penduduk rata-rata 264 jiwa/ km2 dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 5 orang.

Pengembangan Kacang Kedelai di Kab. Pangkep

Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Pengembangan kedelai telah memberi kontribusi terhadap perekonomian nasional (PDB sub sektor tanaman pangan) meskipun nilainya masih relatif kecil dibandingkan dengan komoditi tanaman pangan lainnya termasuk di Kabupaten Pangkep. 

Ditingkat petani, kedelai masih dianggap sebagai tanaman sampingan, tanaman sela atau tanaman untung-untungan. Untuk mengatasi itu maka upaya peningkatan produksi kedelai perlu diikuti dengan usaha menyadarkan petani menjadi profesional dalam berusahatani.
           
Secara teknis agronomis, masalah yang sering terlihat dilapang adalah sebagai berikut :
  • Masa tanaman dalam satu hamparan (> 50 ha) belum serempak, tanaman yang terlambat tanam sering  terserang hama, dan kekeringan.
  • Varietas dan benih yang ditanam kebanyakan masih bermutu rendah.
  • Populasi tanaman yang dipanen setiap hektar optimal .
  • Penyiapan lahan bekas sawah pada musim kemarau  tanpa pembuatan saluran drainase.
  • Pengendalian gulma sering terlambat atau jarang dilakukan.
  • Pengendalian hama penyakit belum efektif dan sering terlambat.
Luas areal pertanian tanaman pangan (sawah) seluas 16.007 Ha, terdiri atas sawah yang berpengairan teknis 5.870 Ha, setengahh teknis 1.408 Ha, irigasi sederhana/desa 443 Ha, pengairan non PU 1.873 Ha, dan sawah tadah hujan 6.413 Ha. Tanaman pangan yang dibududayakan antara lain padi sawah denga luas panen 18.865 Ha denga produksi sebanyak 104.630 ton meningkat sebesar 15,6%, kacang tanah luas panen 1.116 Ha dengan produksi sebanyak 2.067 ton meningkat sebesar 5,4%.disamping itu, kacang kedelai, kacang hijau dan ketela.

Kedelai yang ditanam setelah padi sawah tidak memerlukan pengolahan tanah. Saluran drainase dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm, setiap 3-4 perlu dibuat untuk mengurangi kelebihan air dan berfungsi pula sebagai saluran irigasi pada saat hujan sudah berhenti. 

Kedelai dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi. Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubang-lubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan keuntungan apa pun. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat biaya. 

Kedelai ditanam pada bulan Maret/April atau Juli/Agustus masing-masing untuk pertanaman MK I dan MK II. Agar tidak terjadi akumulasi serangan hama dan penyakit serta kekurangan air, kedelai dianjurkan ditanam tidak lebih dari 7 hari setelah tanaman padi dipanen. Tanam harus dilakukan secara serempak pada satu hamparan, minimal 50 Ha.

Pemberian pupuk sebaiknya ditaburkan dalam larikan yang dibuat di dekat lubang tanam disepanjang barisan kedelai. Pada lahan sawah yang subur atau setelah tanam padi Supra Insus, kedelai hanya perlu penambahan 50 kg Urea/ha. Sedangkan pada lahan sawah bertekstur berat (misalnya jenis tanah Vertisol) diperlukan pupuk 50 kg Urea + 50 kg SP36 + 100-150 KCl/ha. Pupuk anorganik dapat digantikan dengan pemberian 5-10 ton kotoran ayam/ha dengan 5 ton kompos jerami/ha. 

Mulsa jerami dapat menekan frekuensi penyiangan sehingga cukup dilakukan 1 x sebelum tanaman berbunga. Pada umumnya, banyaknya jerami padi yang digunakan sebagai mulsa sama dengan hasil jerami pada suatu petakan sehingga tidak diperlukan tambahan dari petakan lain. Namun demikian, sebanyak 5 ton jerami/ha diperkirakan cukup bagi kedelai. Pada daerah dengan lalat bibit dan gulma merupakan kendala, pembakaran jerami setelah tanam kedelai dapat dilakukan dan cara ini lebih menyeragamkan pertumbuhan awal kedelai.

Tabel 3. Luas panen Kacang Kedelai menurut Kecamatan di Kabupaten Pangkep Tahun 2002-2006 (ha).
KECAMATAN
2002
2003
2004
2005
2006
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
LK. TANGAYA
-
-
-
-
-
LK. KALMAS
-
-
-
-
-
LK. TUPABBIRING
-
-
-
-
-
PANGKAJENE
-
-
-
-
-
BALOCCI
426
346
442
477
-
BUNGORO
18
12
5
-
385
LABAKKANG
-
-
-
-
2
MA’RANG
-
-
-
-
-
SEGERI
-
-
-
-
-
MINASA TE’NE
-
-
-
-
-
TONDONG TALLASA
72
73
50
75
-
MANDALLE
2
-
-
-
50
JUMLAH
518
431
497
552
441
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep.

Penambahan air ditujukan untuk mempertahankan kelembaban tanah hingga dicapai kondisi kapasitas lapang. Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif sekitar 15-21 hst, saat berbunga 25-35 hst dan saat pengisian polong 55-70 hst. Dengan demikian pada fase-fase tersebut tanaman harus diairi apabila hujan sudah tidak turun lagi. 

Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan pengendalian secara hayati (biologis) saat ini dilakukan untuk menekan pencemaran lingkungan. Pengendalian secara kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami, pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan serta penggunaan tanaman perangkap jagung. 

Panen dilakukan apabila 95% jumlah polong pada batang utama telah matang berwarna kunig kecoklatan atau kehitaman dan sebagian besar daunnya sudah rontok. Hasil panen ini segera dijemur agar cepat kering (4-5 hari tergantung sinar matahari) kemudian dilakukan perontokan biji dengan menggunakan thresher atau alat pemukul dari bambu. Butir biji dipisahkan dari kotoran/sisa kulit polong dan diusahakan kadar air biji mencapai 10-12% pada saat mulai disimpan.

Tabel 4. Luas panen Kacang Kedelai menurut Kecamatan di Kabupaten Pangkep Tahun 2002-2006 (ton).
KECAMATAN
2002
2003
2004
2005
2006
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
LK. TANGAYA
-
-
-
-
-
LK. KALMAS
-
-
-
-
-
LK. TUPABBIRING
-
-
-
-
-
PANGKAJENE
-
-
-
-
-
BALOCCI
590
483
618
855
602,95
BUNGORO
24
18
7
-
2,90
LABAKKANG
-
-
-
-
-
MA’RANG
-
-
-
-
-
SEGERI
-
-
-
-
-
MINASA TE’NE
-
-
-
-
-
TONDONG TALLASA
100
102
70
135
75
MANDALLE
3
-
-
-
-
JUMLAH
717
603
695
990
680,85
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pangkep.

Kesimpulan

  • Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur. Salah satunya adalah Kabupaten Pangkep. 
  • Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. 
  • Dengan luas lahan yang memadai, memungkinkan pelaksanaan budidaya Kacang Kedelai di beberapa kecamatan di Kabupaten Pangkep guna memenuhi kebutuhan pangan nasional maupun regional.
Daftar Pustaka

Anonim, 2006, Profil dan Topografi Kabupaten Pangkep, http://www.sulsel.go.id/index-php/, diakses pada tanggal 10 April 2009.
Anonim, 2007, Kabupaten Pangkep Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan, Makassar.
Anonim, 2009, Kedelai, http://id.wikipedia.org/wiki/kedelai, diakses tanggal 01 april 2009.
Anonim, 2009, Pola pembiayaan usaha kecil (PPUK) ; Budidaya Kedelai, Bank Imdonesia, Jakarta.
Anonim, 2009, Teknologi Budidaya Kedelai, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin.
Heriansyah, Mastur, Farid R. A., 2007, Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur,  Samarinda.
Prabowo abror yudi, 2007, Budidaya Kedelai, Tekhnis Budidaya Agrokompleks, http://teknis-budidaya/blogspot.com/, diakses tanggal 01 April 2009.
Suastika I Wayan , NP Sri Ratmini, Tumarlan T. 1997, Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLIKASI, TRANSKRIPSI DAN TRANSLASI (SINTESIS PROTEIN)

Centotheca lappacea (Linnaeus) Desvaux

METODE SELEKSI PADA TANAMAN MENYERBUK SENDIRI DALAM PEMULIAAN TANAMAN