METODE PEMULIAAN PERAKITAN VARIETAS KEDELAI TOLERAN TERHADAP KEMASAMAN TANAH

PERAKITAN VARIETAS KEDELAI PADA TIPE LAHAN
 
Sumber foto : http://sumut.litbang.deptan.go.id

Dalam pembentukan varietas unggul kedelai yang sesuai pada tipe lahan /agroekosistem target diperlukan ketersediaan sumber-sumber gen dari sifat yang diinginkan. Sumber gen dari sifat yang diinginkan diperoleh dari plasma nutfah yang di miliki. Perakitan varietas unggul kedelai pada tipe lahan kering masam diperlukan genotype-genotype yang memiliki kesesuaian (adaptasi) pada lingkungan lahan/tanah yang bereaksi masam, pertumbuhan agronomic yang baik (tipe pertumbuhandeterminate/semideterminate, batang kokoh, tidak rebah, umur sedang/agak dalam, ukuran daun tergolong sedang), potensi hasil tinggi dan kualitas biji baik. Disamping itu, sesuai dengan permasalahn yang sering didapat dilapangan sifat toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit karat daun, ulat grayak dan hama pengisap polong sangat diperlukan.

Menurut Rhue (1979) mengemukakan bahwa mekanisme toleransi tanaman terhadap keracunan alminium terdiri atas empat criteria yaitu 1) tanaman memiliki system penyangga yang didominansi oleh asam organic seperti asam sitrik, dan asam malik, lebih toleran dibandingkan dengan tanaman yang system penyanggahnya didominansi oleh asam anorganik; 2) Sistem enzim pada tanaman yang toleran berbeda dengan yang peka, dimana system enzim tanaman toleran mampu berfungsi walaupun konsentrasi logam tinggi, sedangkan tanaman yang peka system enzimnya terhambat; 3) Alminium dihambat masuk dalam system metabolism sel akar dan alminium ditumpuk di akar; dan 4) Dinding sel berfungsi sebagai penghambat yang efektif (selective barrier) terhadap konsentrasi logam yang tinggi.

Devine (1982) mengemukakan beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam perakitan varietas unggul kedelai toleran lahan masam yaitu :
  1. Identifikasi masalah spesifik lahan yang menjadi sasaran pengembangan varietas unggul baru. 
  2. Masalah yang dihadapi tersebut sangat serius dan layak untuk dijadikan sebagai pokok kegiatan sehingga hasil yang diperoleh memberikan dampak yang berarti. 
  3. Masalah yang dihadapi tersebut tidak dapat atau sukar di atasi dengan cara yang lain seperti pemupukan dan pengapuran. 
  4. Pendekatan melalui perbaikan atau pemanfaatan potensi genetic dapat dan layak dilakukan. Asumsi keempat ini harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
  • Metode/teknik untuk menilai tanggapan terhadap lahan masam sudah ada (tersedia).
  • Terdapat keragaman genetic yang cukup untuk sifat-sifat yang diperlukan, baik dalam spesies budidaya maupun spesies liar.
  • Sifat yang diperlukan tersebut dapat diwariskan (heritable).
  • Tingkat perbaikan (kemajuan genetic) yang diharapkan nantinya bersifat aplikatif (bermanfaat).
Seleksi langsung terhadap tipe lahan yang ditujuh seperti tipe lahan masam yang kondisi lingkungan yang seragam (uniform). Ketahanan terhadap aluminium merupakan ketahanan yang dikendalikan secara polygenik. Sehingga metode pedigree merupakan metode yang cukup tepat dalam merakit varietas kedelai toleran aluminium. Bagan/ Alur Pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul pada tipe lahan masam disajikan pada bagan di bawah ini : 
 
 
Referensi :
Devine, T.E. 1982.  Genetic fitting of crops to problem soil, p, 143-173.  In M.N. Christiansen and C.F.  Lewis (eds.):  Breeding Plants for Less Favoreble Environments.  John Wiley & Sons, New York.
Rhue, R.D.  1979.  Differential aluminium tolerance in crop plants. p. 61-80.  In H. Mussel and R.C. Staples (Eds.):  Stress physiology in crop plants.  John Wiley & Sons, N.Y.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLIKASI, TRANSKRIPSI DAN TRANSLASI (SINTESIS PROTEIN)

METODE SELEKSI PADA TANAMAN MENYERBUK SENDIRI DALAM PEMULIAAN TANAMAN

Centotheca lappacea (Linnaeus) Desvaux