Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan Berdasarkan Falsafah dan Prinsip Penyuluhan serta Sistem Penyuluhan
PENDAHULUAN
Sejarah Penyuluhan Pertanian
Sejarah penyuluhan pertanian memberikan pengetahuan tentang latar belakang kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian dalam mendukung keberhasilan pembangunan pertanian. Hampir setiap negara memiliki sejarah dan perkembangan penyuluhan pertaniannya masing-masing, dengan perbedaan faktor-faktor yang melatar belakanginya. Amerika Serikat memiliki sejarah penyuluhan yang berawal dari kebutuhan pendidikan pertanian, kebutuhan menyampaikan informasi dan mendorong penerapan informasi melalui kegiatan jasa penyuluhan. Penerapan sistem latihan dan kunjungan makin meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap kegiatan penyuluhan pertanian di Thailand . Perkembangan penyuluhan pertanian di Indonesia dapat dikelompokkan dalam masa sebelum kemerdekaan (tahun 1817-1941), masa kemerdekaan (1945-1966), masa orde baru (1966-1998), dan masa reformasi atau otonomi daerah (1998-sekarang). Pembangunan Kebun Raya di Bogor pada tahun 1917 dengan tujuan mengenalkan jenis-jenis tanaman baru, menandai awal pembangunan pertanian di Indonesia. Pada masa sebelum kemerdekaan tersebut usaha memperbaiki pertanian rakyat diterapkan dengan sistem tanam paksa dan kekuasaan pangreh praja. Pada masa kemerdekaan, pendekatan dalam memperbaiki pertanian rakyat telah diubah dari ketika jaman penjajahan, tetapi sistem komando tetap dari satu pusat. Hal ini kurang menumbuhkan kesadaran masyarakat. Pada masa orde baru, kegiatan penyuluhan pertanian mulai mendapat pengakuan dari masyarakat petani sejalan dengan keberhasilan swasembada beras nasional. Tetapi pendekatan sentralistik dan top-down tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang makin memiliki keragaman dan butuh pengakuan. Pada masa reformasi atau penerapan otonomi daerah, pemerintah daerah mendapat kewenangan untuk mengatur dan mengurus peningkatan kualitas SDM sesuai kemampuan dan kebutuhan daerah. Dengan adanya peluang mengembangkan potensi wilayah, peran penyuluh pertanian makin dibutuhkan untuk mendorong masyarakat petani memanfaatkan peluang yang ada. Penyuluh harus mampu mengidentifikasi potensi dan kebutuhan masyarakat petani setempat dan mampu menerapkan pendekatan penyuluhan yang sesuai. Dengan demikian kemampuan, kualitas penyuluh perlu pula ditingkatkan untuk dapat menghadapi perubahan-perubahan pada masa reformasi dan otonomi daerah.
Pengertian Penyuluhan Pertanian
Pengertian penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Konsep-konsep penting terkait dengan penyuluhan adalah: proses pendidikan (dengan sistem pendidikan nonformal dan pendidikan orang dewasa), proses perubahan (menuju perilaku yang lebih baik, sesuai yang diinginkan), dan proses pemberdayaan (memiliki pengetahuan dan kemampuan baru). Penyuluhan pertanian lebih luas dan lebih jauh dari sekedar kegiatan penerangan. Penyuluhan melibatkan proses komunikasi umpan balik dan ada evaluasi terhadap perubahan perilaku yang dicapai pada diri sasaran. Penyuluh pertanian merupakan peran yang tidak mudah, harus mengubah usahatani dan perilaku petani beserta masyarakatnya. Seorang penyuluh harus memiliki kompotensi tertentu yang diperoleh dengan menguasai ilmu-ilmu pertanian, pendidikan, psikologi, komunikasi, sosiologi, kepemimpinan, antropologi, dan manajemen; serta ilmu-ilmu lain yang mendukung misal ilmu ekonomi. Tingkat kedalaman dan keluasan dalam penguasaan ilmu-ilmu tersebut tergantung tingkat spesialisasi penyuluh yang diinginkan, misal penyuluh pertanian ahli (profesional) atau penyuluh pertanian lapangan (subprofesional).
A. TUJUAN DAN PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
Tujuan Penyuluhan Pertanian
Sebagai suatu kegiatan, penyuluhan pertanian dilakukan untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan non-formal bagi petani dan keluarganya. Tujuan penyuluhan pertanian adalah meningkatkan perilaku dan kemampuan petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Agar tujuan dapat dicapai melalui kegiatan yang tepat, maka rumusan tujuan harus memenuhi kriteria yang baik. Kriteria tujuan yang baik adalah spesifik (specific), menggambarkan arah yang akan dicapai; dapat diukur (measurable), dapat diketahui setiap kemajuan yang dicapai; dapat dicapai (achieveable), memiliki dimensi jarak (remoteness); realistis (realistic), memiliki kerangka jumlah dan jenis kegiatan yang dapat dicapai, memiliki jangka waktu (time bond) sehingga dapat ditentukan lama pencapaiannya, serta menjadi "motivasi" yaitu pernyataan tujuan harus dapat menggambarkan dengan jelas "kebutuhan" dari orang-orang yang terlibat dalam pencapaian tujuan. Tujuan suatu kegiatan penting dirumuskan dengan kriteria yang baik, alasannya antara lain adalah: (a) untuk memprediksi waktu pencapaian, (b) memprediksi kebutuhan sumber daya (manusia, finansial, sarana dan prasarana), (c) memberikan pedoman dan arah kegiatan, (d) mudah dilakukan monitoring dan evaluasi dalam usaha/kegiatan pencapaian tujuan, serta mudah dilakukan perbaikan sebelum terjadi kesalahan yang lebih besar. Rumusan tujuan perlu dilengkapi dengan rincian kegiatan untuk mencapai tujuan. Jenis-jenis tujuan penyuluhan pertanian dibedakan atas dasar: (a) dampak yang dihasilkan, (b) tingkatan tujuan, (c) waktu pencapaian, (d) komponen perilaku sasaran yang akan diubah, dan (e) aspek usahatani, Uraian satu jenis tujuan akan selalu terkait dengan uraian jenis tujuan yang lain. Dalam menetapkan tujuan penyuluhan pertanian, karakteristik sasaran penyuluhan harus dipahami sehingga pencapaian tujuannya benar-benar diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan sasaran penyuluhan. Petani merupakan orang dewasa yang telah memiliki karakteristik antara lain: (a) memiliki pengalaman, (b) kematangan emosi, (c) mampu berinteraksi dengan lingkungannya, dan (d) menyadari dan mampu berperan di masyarakat. Orang dewasa juga memiliki konsep-konsep yang telah melekat pada dirinya, khususnya dalam proses belajar; yaitu konsep diri, konsep pengalaman, konsep kesiapan belajar, dan konsep orientasi atau perspektif waktu. Dari uraian konsep orang dewasa, maka rumusan tujuan penyuluhan pertanian sebagai proses pendidikan seharusnya disesuaikan dengan cara belajar orang dewasa, yaitu: (1) cara belajar yang langsung dari pengalaman petani; (2) proses belajar yang terjadi antara penyuluh dan petani dengan kedudukan sama; (3) proses belajar yang dikembangkan atas dasar kebutuhan belajar akibat tuntutan situasi setempat yang terus berubah; dan (4) suatu proses belajar yang bersifat self-learning dan kemandirian warga belajar yang berlangsung dalam situasi kehidupan yang nyata yang dituntut untuk dapat diimplikasikan dalam kegiatan penyuluhan.
Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan
Pembangunan merupakan upaya melakukan perubahan dan pembaharuan yang dilakukan oleh suatu masyarakat menuju kondisi yang lebih baik. Pembangunan pertanian merupakan salah satu aspek pembangunan tersebut. Keberhasilan pembangunan pertanian berarti akan secara signifikan menentukan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sebab 56,50% rumah tangga di Indonesia merupakan rumah tangga pertanian (hasil Sensus Pertanian tahun 2003). Pembangunan pertanian bukan hanya meningkatkan aspek ekonomi saja, tetapi harus dibarengi dengan pembangunan aspek manusia. Petani harus menjadi bagian dalam kegiatan pembangunan pertanian. Pengalaman masa lalu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan-perubahan lingkungan telah mempengaruhi arah pembangunan pertanian yang lebih berorientasi pada pembangunan individu petani. Peningkatan kualitas individu akan menentukan keterlibatan petani dalam pembangunan, sehingga secara aktif berpartisipasi termasuk menikmati hasil pembangunan. Dengan demikian, pembangunan pertanian memiliki pengertian: sebagai upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat petani, yaitu melalui peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas dirinya sehingga petani mampu secara dinamis memanfaatkan peluang dan mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang merupakan kendala untuk meraih kesejahteraan yang diidamkan. Saat ini, pembangunan pertanian mengarah pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis, yang memerlukan dukungan SDM petani yang baik. SDM petani harus mencerminkan sebagai masyarakat: (1) teknologi, (2) terbuka dan transparan, serta (3) madani. Untuk menghasilkan SDM petani dengan kualitas tersebut, perlu upaya pemberdayaan petani, yaitu melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan non-formal bagi petani agar memiliki kualitas perilaku sesuai pembangunan, sehingga penyuluhan merupakan penggerak dan pemercepat pembangunan. Penyuluhan pertanian memiliki peran penting, yaitu sebagai kegiatan yang merupakan katalis, pendamping, perantara, dan penemu solusi bagi pembangunan pertanian. Keberhasilan penyuluhan pertanian ditentukan pula oleh profesionalitas penyuluh, yang memiliki tugas utama sebagai pembimbing, pendorong, motivator, komunikator, dan lain-lain.
B. FALSAFAH DAN PRINSIP-PRINSIP PENYULUHAN
Falsafah Penyuluhan Pertanian
Untuk dapat melakukan suatu kegiatan dengan benar, diperlukan pemahaman terhadap alasan-alasan yang mendasari dilakukannya suatu kegiatan. Berfalsafah adalah proses berpikir mencari kebenaran terhadap suatu kejadian, dan hasil jawabannya merupakan dasar-dasar pemikiran yang akan dijadikan sebagai landasan kerja suatu kegiatan. Landasan tersebut selanjutnya diperlukan untuk memberikan arah dan merupakan pedoman bagi suksesnya kegiatan yang dilaksanakan. Dengan demikian, falsafah penyuluhan pertanian merupakan landasan atau dasar-dasar pemikiran dalam penyuluhan, sebagai pengarah dan pedoman dalam memberikan kegiatan penyuluhan dengan benar. Aliran falsafah umum yaitu idealisme, realisme, dan pragmatisme merupakan acuan bagi pengembangan aliran falsafah yang lain termasuk falsafah pendidikan dan falsafah penyuluhan pertanian. Idealisme, berpendapat bahwa kebenaran ada dalam pikiran manusia, sehingga untuk memperoleh jawaban kebenaran terhadap suatu fenomena adalah dengan melakukan proses berpikir secara terus melalui metode dialectica atau metode tanya jawab. Realisme, menekankan bahwa kebenaran sudah ada di dunia atau di alam dan memiliki bentuk nyata yang terpisah dari manusia. Dengan demikian untuk menemukan jawaban kebenaran, manusia harus terus berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan alam dan lingkungannya (seeing is believing). Pragmatisme, menekankan bahwa kebenaran ada dalam pengalaman manusia dan berbeda untuk setiap manusia, sehingga untuk menemukan kebenaran, manusia harus melakukan atau berbuat agar memiliki pengalaman (learning by doing), dan berlatih memecahkan masalah (problem solving) untuk mendapatkan pengalaman. Ketiga aliran falsafah tersebut cenderung diterapkan secara kombinasi. Falsafah penyuluhan pertanian yang penting dipahami antara lain ada 6 yaitu: falsafah pentingnya individu, falsafah membantu diri sendiri, falsafah mendidik, falsafah demokrasi, falsafah kerja sama, dan falsafah kontinyu atau terus menerus. Jika dikaitkan dengan peran penyuluh, maka falsafah ini menekankan peran penyuluh sebagai motivator, fasilitator, dan partner.
Prinsip-prinsip Penyuluhan Pertanian
Prinsip adalah pedoman atau pegangan kerja yang berupa konsep yang lebih bersifat konkrit dan operasional untuk melakukan suatu kegiatan. Prinsip juga merupakan rumusan suatu kegiatan yang bersifat relatif lebih operasional dibandingkan falsafahnya. Tujuan atau manfaat prinsip adalah memberikan arah dan batasan yang lebih jelas dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. Dengan demikian, prinsip penyuluhan pertanian adalah pedoman atau pegangan kerja yang lebih konkrit dan operasional dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian, yang disepakati pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan penyuluhan. Prinsip penyuluhan pertanian menurut Leagans (1961) adalah paling sederhana namun bersifat mendasar, terfokus pada sasaran didik, yaitu kegiatan yang harus dilakukan berkaitan dengan pengembangan individu petani, dan belum secara jelas melibatkan faktor lingkungan maupun komponen-komponen luar yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) prinsip mengerjakan, sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu, (2) prinsip akibat, memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat, dan (3) prinsip asosiasi, dikaitkan dengan kegiatan lainnya atau pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh petani. Prinsip-prinsip penyuluhan pertanian menurut Wiriaatmadja (1973) dikembangkan relatif lebih terperinci. Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) Penyuluhan pertanian seyogianya diselenggarakan menurut keadaan-keadaan yang nyata, (2) Penyuluhan pertanian seharusnya ditujukan kepada kepentingan dan kebutuhan sasaran, (3) Penyuluhan pertanian ditujukan kepada seluruh anggota keluarga, (4) Penyuluhan pertanian adalah pendidikan untuk demokrasi, (5) Harus ada kerja sama yang erat antara penyuluhan, penelitian, dan pendidikan, (6) Rencana-rencana kerja sebaiknya disusun bersama oleh penduduk setempat dan penyuluh pertanian, (7) Penyuluhan pertanian adalah luwes dan dapat menyesuaikan diri kepada perubahan-perubahan, (8) Metode demonstrasi adalah gagasan dasar bagi penyuluhan pertanian, dan (9) Penilaian hasil penyuluhan pertanian harus didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada sasaran. Prinsip-prinsip penyuluhan pertanian menurut Dahama dan Bhatnagar (1980) relatif terperinci dan komponen individu penyuluh lebih diperhatikan lagi misalnya kemampuan atau spesialisasi penyuluh yang harus selalu ditingkatkan. Prinsip tersebut menekankan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian harus memperhatikan: (1) Minat dan kebutuhan nyata petani, (2) Organisasi masyarakat bawah, (3) Keragaman budaya masyarakat setempat, (4) Perubahan budaya pasti terjadi, sehingga pelaksanaannya harus hati-hati dan bijak, (5) Kerja sama dan partisipasi semua orang, (6) Demokrasi dalam penerapan ilmu, (7) Belajar sambil bekerja, (8) Penggunaan metode yang sesuai, (9) Kepemimpinan ditumbuhkan, (10) Spesialis penyuluh yang selalu terlatih, (11) Segenap keluarga dilibatkan, dan (12) Kepuasan petani yang diutamakan. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan, sehingga terdapat proses belajar-mengajar di antara sasaran didik yang umumnya orang dewasa. Jadi, prinsip penyuluhan juga harus menganut prinsip dalam pendidikan orang dewasa. Padmowihardjo (2001) menjelaskan 7 prinsip belajar orang dewasa terutama untuk kegiatan penyuluhan pertanian, yaitu: (1) Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh mengambil bagian dalam setiap kegiatan, (2) Orang dewasa belajar dengan baik apabila menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari, (3) Orang dewasa belajar dengan sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis, (4) Dorongan dan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik, (5) Orang dewasa belajar dengan sebaik mungkin apabila dia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya, dan keterampilannya dalam waktu yang cukup, (6) Poses belajar dipengaruhi oleh pengalaman yang lalu dan daya fikir warga belajar, (7) Saling pengertian yang baik yang sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.
Pengertian dan Komponen Sistem Penyuluhan Pertanian
Sistem penyuluhan pertanian merupakan suatu bentuk/perangkat dari unsur-unsur penyuluhan pertanian yang menghidupkan pengelolaan pertanian secara teratur dan terpadu. Dalam sistem penyuluhan pertanian keterpaduan antar- komponennya itu diarahkan/ditujukan untuk mengubah keadaan petani/nelayan dan keluarganya agar mampu mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Komponen-komponen dalam sistem penyuluhan pertanian menurut Slamet (2001) terdiri dari:
1. Sasaran penyuluhan, adalah kelompok petani yang merupakan pihak yang terlibat secara langsung dengan proses produksi.
2. Penyuluh, merupakan jembatan antara petani dengan sumber-sumber informasi.
3. Kelembagaan petani, sebagai wadah kumpulan petani yang terlibat secara langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
4. Kelembagaan sistem agribisnis, wadah pelaku agribisnis yang tidak hanya berorientasi pada proses produksi, tetapi juga pada penanganan pascapanen dan pemasarannya.
5. Lembaga pendidikan, sebagai lembaga yang mempersiapkan penyuluh agar memiliki kemampuan yang lebih tinggi baik dari segi teknik bertani maupun cara penyampaian informasi kepada petani.
6. Lembaga penelitian, merupakan lembaga yang menyediakan penemuan-penemuan baru untuk diintroduksikan pada petani.
7. Sumber informasi, berupa pihak-pihak yang memiliki informasi yang bermanfaat bagi petani sebagai pengguna informasi, atau bagi pihak lain yang memegang peranan dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
Dalam sistem penyuluhan pertanian, tiap-tiap komponen memiliki fungsi dan peran sendiri-sendiri, namun dalam menjalankan fungsi dan perannya itu harus tercipta suatu kerja sama yang erat sehingga tujuan penyuluhan dapat dicapai
Tujuan dan Strategi Kerja Sama dalam Sistem Penyuluhan Pertanian
Sistem penyuluhan pertanian memerlukan kerja sama antarkomponen yang berada dalam sistem itu sendiri. Kerja sama tersebut ditujukan untuk mencapai optimalisasi sumber daya yang ada, baik sumber daya regional maupun nasional. Tujuan kerja sama diarahkan ke dalam sistem penyuluhan pertanian yang lebih profesional dengan reorientasi penyuluhan pertanian sebagai berikut: (1) dari instansi ke kualitas penyuluh, (2) dari pendekatan top down ke bottom up, (3) dari hierarki kerja vertikal ke horizontal, (4) dari pendekatan instruktif ke partisipatif/dialogis, dan (5) dari sistem kerja linier ke jaringan. Kerja sama dalam sistem penyuluhan pertanian juga ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintah, seperti: (1) meningkatkan produksi pangan, (2) merangsang pertumbuhan ekonomi, (3) meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat pedesaan, serta (4) mengusahakan pertanian yang berkelanjutan. Pendekatan yang dilakukan kepada petani guna mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengupayakan pemberdayaan petani dengan memberikan kebebasan pada petani untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam menciptakan kerja sama dalam sistem penyuluhan pertanian, diperlukan strategi yang tepat agar memperoleh hasil yang tepat dan optimal. Strategi tersebut adalah dengan melibatkan sektor-sektor penting di luar petani yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan usahataninya. Keterlibatan sektor lain di luar petani seperti penelitian atau informasi pasar dapat dijembatani oleh penyuluh untuk memudahkan sampainya informasi kepada petani. Namun yang paling penting, dalam membangun sistem penyuluhan pertanian yang berorientasi ke arah yang lebih modern, maka petani sebagai sasaran penyuluhan harus mempunyai posisi utama, yaitu petani mempunyai hak untuk menentukan yang terbaik buat mereka sendiri.
D. SASARAN PENYULUHAN PERTANIAN
Karakteristik dan Keadaan Sosial Budaya Sasaran
Sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah masyarakat petani termasuk keluarganya. Walaupun secara harfiah pengertian sasaran mengarah pada kesan objek suatu kegiatan, tetapi dalam hal ini sasaran penyuluhan sudah diarahkan untuk menjadi subjek atau orang yang mempunyai peranan utama dalam pembangunan pertanian. Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, penting bagi seorang penyuluh untuk memahami sasarannya. Memahami sasaran berarti memahami pula ciri-ciri utama sasaran penyuluhan yang sebagian besar merupakan masyarakat pedesaan. Ciri-ciri tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pelaku kebijakan dalam menentukan program pembangunan di pedesaan. Selain ciri pribadi masyarakat sasaran, perlu pula diketahui tentang karakteristik wilayah penyuluhan serta karakteristik sosial budaya masyarakat sasaran. Karakteristik wilayah penyuluhan berkaitan dengan struktur fisik wilayah serta pola pemukiman masyarakat pada umumnya. Struktur fisik wilayah sasaran berkaitan dengan ciri-ciri geografis wilayah, dari hal tersebut penyuluh dapat memperhitungkan waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pola pemukiman biasanya mencerminkan kehidupan sosial yang umumnya terdapat pada wilayah tersebut. Karakteristik sosial budaya sasaran merupakan faktor sensitif dan merupakan faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian. Karakteristik ini menyangkut nilai-nilai, norma sosial, pola pelapisan sosial, struktur kekuasaan dan pengaruh, serta adanya organisasi sosial yang kuat di antara masyarakatnya.
Perilaku dan Kebutuhan Sasaran
Perilaku dan kebutuhan sasaran merupakan dua hal yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Oleh karena sasaran penyuluhan adalah manusia dewasa maka perilaku dan kebutuhan yang harus dipahami adalah perilaku dan kebutuhan orang dewasa. Faktor-faktor yang memperngaruhi perilaku sasaran dapat berasal dari dalam diri sasaran maupun berasal dari pengaruh luar. Perilaku atau kebiasaan sasaran tersebut ada yang mendukung kelancaran kegiatan penyuluhan, tetapi ada pula yang menghambat. Umumnya kebiasaan-kebiasaan yang memperlancar kegiatan penyuluhan didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok yang mereka harapkan dari terlaksananya program penyuluhan. Sedangkan kebiasaan yang menghambat biasanya disebabkan adanya sikap yang kaku serta adat istiadat yang dipegang teguh. Kebutuhan seseorang terdiri dari beberapa tingkatan, biasanya berkaitan dengan kondisi perekonomian yang tengah dialaminya. Kebutuhan ini sangat berkaitan erat dengan motivasi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi atau dorongan-dorongan yang ada dalam diri seseorang dapat berasal dari dalam, seperti adanya keinginan, harapan, dan tujuan hidup, dapat pula berasal dari luar seperti adanya tekanan dari luar. Adapun sasaran penyuluhan mengikuti kegiatan penyuluhan didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan: perbaikan kesejahteraan, rasa tanggung jawab pada diri sendiri, keluarga, serta masyarakat, keinginan berprestasi, menemukan hal-hal baru, melepaskan diri dari beban utang, aktualisasi diri, memperoleh jaminan di hari tua, bersosialisasi dengan masyarakat, serta keinginan untuk memperoleh kekuasaan.
Kelompok dan Organisasi Sasaran
Masyarakat pedesaan di Indonesia sangat kental dengan kehidupan berkelompok. Kelompok ini terbentuk karena ada kepentingan-kepentingan bersama disertai adanya keterikatan sosial yang sudah mendarah daging sejak zaman dahulu. Yang paling terlihat dalam pola kehidupan berkelompok dalam masyarakat pedesaan adalah kelompok yang didasarkan atas kesamaan mata pencaharian. Karena pada umumnya mereka bermata pencaharian sebagai petani (termasuk beternak, budidaya ikan, atau nelayan) maka organisasi yang dikenal dan diarahkan oleh pemerintah adalah kelompok tani. Kelompok tani diarahkan oleh pemerintah dalam upaya pembangunan pertanian dalam skala nasional. Struktur organisasi kelompok tani diupayakan seragam dengan mengacu pada pola kehidupan masyarakat yang sudah ada sejak dulu, yaitu dengan menempatkan tokoh-tokoh masyarakat sebagai pemimpin sekaligus unsur pengaruh yang kuat bagi masyarakat dalam menyelipkan program-program pemerintah tersebut. Manfaat terbentuknya kelompok tani dirasakan sangat kuat, baik untuk kemajuan petani, maupun bagi kelancaran pelaksanaan program penyuluhan. Untuk menjaga keberlangsungan program-program yang akan datang, sebaiknya konsep kelompok tani tetap memegang teguh ciri khas kepemimpinan masyarakat pedesaan yang bersifat nonformal.
E. PERANAN PENYULUHAN DAN ORGANISASI PENYULUHAN PERTANIAN
Peranan Penyuluhan Pertanian
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia , penyuluh pertanian lebih cenderung menggambarkan seseorang yang bertugas ke lapangan mengunjungi petani untuk menyampaikan program penyuluhan yang dirancang oleh pemerintah. Pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar, tetapi juga tidak salah. Secara garis besar, penyuluh adalah orang yang bekerja atau berkecimpung dalam kegiatan penyuluhan yang melakukan komunikasi pada sasaran penyuluhan, sehingga sasarannya itu mampu melakukan proses pengambilan keputusan dengan benar. Adapun jenis-jenis penyuluh tidak hanya mereka yang turun secara langsung ke lapangan menemui petani, tetapi juga mereka yang merancang program penyuluhan berdasarkan kebutuhan umum dari sasaran penyuluhan. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, penyuluh dihadapkan pada peran-peran yang harus dimainkan, sesuai dengan kondisi dan harapan sasaran penyuluhan. Penyuluh dapat memposisikan dirinya sebagai motivator, edukator, fasilitator, dinamisator, organisator, penasihat, penganalisis dan lain-lain, yang peranannya itu akan membawa manfaat terutama bagi petani sebagai sasaran penyuluhannya. Sehubungan dengan berbagai peran tersebut, penyuluh dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan antara lain: kemampuan berkomunikasi, berpengetahuan luas, bersikap serta mampu menempatkan dirinya sesuai dengan karakteristik sasaran penyuluhan. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain: tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh. Adapun faktor eksternalnya antara lain: manajemen organisasi penyuluhan, insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh.
Organisasi Penyuluhan Pertanian
Secara umum organisasi penyuluhan pertanian dibentuk untuk memperlancar kegiatan pendekatan pada petani dalam mengintroduksikan program pembangunan pertanian. Organisasi penyuluhan pertanian merupakan suatu kumpulan atau kelompok yang mengkoordinasikan unit-unit kegiatan pembangunan pertanian dalam bentuk penyuluhan pertanian yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Tujuan organisasi penyuluhan pertanian adalah juga merupakan tujuan para anggotanya. Dengan demikian selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani, organisasi penyuluhan juga seharusnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan peran penyuluh yang menjadi anggotanya. Hal ini sangat diperlukan karena akan berdampak terhadap kinerja yang ada pada diri penyuluh, sehingga mampu menjalankan perannya dengan baik. Organisasi penyuluhan pertanian mempunyai manfaat yang sangat penting bagi pengembangan peran penyuluh. Melalui organisasi penyuluhan pertanian, penyuluh diharapkan mampu untuk memahami latar belakang sosial budaya sasaran, mempunyai kaitan yang erat dengan pusat-pusat informasi, melakukan pendekatan dengan para pemimpin masyarakat, dan lain-lain. Adanya organisasi penyuluhan pertanian di Indonesia tidak terlepas dari pembentukannya pertama kali pada zaman penjajahan Belanda. Berbagai perubahan terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, mulai dari pembentukan yang sederhana dengan tujuan dan kegiatan yang sederhana sampai sekarang telah menjadi satu kesatuan sistem penyuluhan yang melibatkan kerja sama di antara berbagai pihak yang merencanakan pembangunan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni :
v penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya.
v Jenis-jenis tujuan penyuluhan pertanian dibedakan atas dasar: (a) dampak yang dihasilkan, (b) tingkatan tujuan, (c) waktu pencapaian, (d) komponen perilaku sasaran yang akan diubah, dan (e) aspek usahatani, Uraian satu jenis tujuan akan selalu terkait dengan uraian jenis tujuan yang lain
v Penyuluhan pertanian memiliki peran penting, yaitu sebagai kegiatan yang merupakan katalis, pendamping, perantara, dan penemu solusi bagi pembangunan pertanian. Keberhasilan penyuluhan pertanian ditentukan pula oleh profesionalitas penyuluh, yang memiliki tugas utama sebagai pembimbing, pendorong, motivator, komunikator, dan lain-lain.
v Ada 3 jenis prinsip penyuluhan yakni dari Padmowihardjo (2001), leagans (1961) dan Dahama dan Bhatnagar (1980) yang memiliki perincian yang berbeda.
v Sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah masyarakat petani termasuk keluarganya
v Penyuluh dapat memposisikan dirinya sebagai motivator, edukator, fasilitator, dinamisator, organisator, penasihat, penganalisis dan lain-lain, yang peranannya itu akan membawa manfaat terutama bagi petani sebagai sasaran penyuluhannya.
Daftar Pustaka
Akhmadi, Nuning, 2004, Pelaksanaan Otonomi Daerah, SMERU Newsletter, Desember 2004, (www.smeru.or.id/newslet/2004/ed12/2004/200412spotlight.html).
Dahama dan Bhatnagar (1980) ,Persoalan Penyuluhan di Era Otonomi Daerah, SMERU Newsletter,Desember2004, www.smeru.or.id/newslet/2004/ed12/200412field3.html
Kartono 2008, Pengertian Penyuluh Pertanian, Ronggolawe 13, diakses pada tanggal 22 November 2008.
Leagans.1961. Penyuluhan Penrtanian. Draf Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. 2005. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Departemen Pertanian.
Padmowihardjo (2001). Progama Penyuluhan Pertanian ( materi dalam diklat dasar – dasar funsional penyuluh).
Rivera, W.M and Cary, J.W. Privatizing Agricultural Extension dalam Burton et.al. (ed).1997. Improving Agricultural Extension: A Reference Manual. FAO.
Slamet 2001. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Sumardi. 2005. Metode Penyuluhan Pertanian (materi dalam diklat dasar-dasar fungsional
penyuluh)
penyuluh)
Undang-undang No. 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Komentar