morfologi buah kakao
ANALISIS KARAKTER MORFOLOGI BUAH SEBAGAI PENANDA KETAHANAN
TANAMAN KAKAO ( Theobroma cacao L. )
TERHADAP PENGGEREK BUAH KAKAO(Conopomorpha cramerella SNELLEN)
Taufiq Hidayat 1,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari karakteristikmorfologi buah kakao harapan tahan hama PBK yang telah diseleksi awal, lewat pengamatan intensitas kerusakan dan tingkat serangan PBK, dilaksanakan dengan menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Untuk mengetahui apakah tanaman kakao resisiten atau tidak terhadap hama PBK, maka dilakukan pengamatan terhadap buah yang dinyatakan resisten. Dari setiap tanaman diambil 20 buah matang yang berasal dari sebelas tanaman pohon contoh serta ditambah tanaman rentan sebagai kontrol. Data dianalisis dengan uji ranking Data pengamatan karakter morfologi buah selanjutnya digunakan untuk analisis kemiripan antar tanaman dengan menggunakan jarak Euclidean menurut metode penggerombolan rata-rata kelompok. Koefisien tersebut digunakan untuk menentukan jarak genetik (matrik jarak genetik) sidik gerombol serta dendogram atau pohon kekerabatan dengan menggunakan metode Unweighted Pair-Group Method with Arithmetic al Average (UPGMA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik morfologi buah kakao harapan tahan hama PBK dan buah kakao tidak tahan hama PBK, khususnya bentuk buah, kontridiksi basal buah, kontridiksi apeks buah, keadaan permukaan buah, kedalam alur buah, kekerasan sklerotik, warna buah, rata-rata jumlah biji perbuah, bobot 100 biji kering dan indeks pod. Analisis kluster mengelompokkan tanaman dalam
Kata Kunci : Kakao , Penggerek Buah Kakao (PBK)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Harga kakao dunia pada tahun 2006 ada pada kisaran di atas US $ 1.500/ton, lebih baik dari pada tahun 2004 yang ada pada kisaran di atas US $ 1400/ton (ICCO, 2006). Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Biji tanaman kakao dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Bentuk produk antara lain bubuk cokelat sebagai bahan pembuat kue, permen cokelat sebagai makanan kecil dan cokelat pengoles roti (Susanto, 1994). Selain itu, kakao juga mengandung lemak tinggi yaitu 56-75 % yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuat mentega, sabun, lipstik dan obat-obatan (Sunanto, 1992).
Masalah serangan
Berdasarkan data sementara Direktorat Jenderal Perkebunan (2007), luas serangan PBK di Indonesia mencapai 57 % dari luas areal kakao yang tersebar diseluruh pertanaman kakao dengan tingkat infestasi yang beragam antar lokasi. Infestasi tertinggi terdapat pada daerah-daerah sentra kakao, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur. Oleh karena itu, keberadaan
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas kakao akibat serangan
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan survei analisis keragaman morfologi buah kakao harapan tahan
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari karakteristik morfologi buah kakao harapan tahan
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan perbandingan mengenai karakteristik buah kakao yang tahan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Kakao atau oleh para ahli di beri nama Theobroma cacao, ini memang mengandung arti tersendiri. Dalam bahasa Yunani, Theos berarti dewa atau Thian dalam bahasa
Menurut Tjitrosoepomo (2002), tanaman kakao tergolong dalam Divisi : Spermatophyta, Anak divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Bangsa : Malvales, Suku : Sterculiaceae, Jenis : Theobroma cacao.
Secara garis besar kakao dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu Criollo dan Forastero. Criollo termasuk kakao mulia/edel cacao atau fine flavour cacao. Ciri-ciri Criollo yaitu pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah, masa berbuah agak lambat, agak peka terhadap serangan hama dan penyakit, kulit buah tipis dan mudah diiris, tipe buah umumnya berbentuk tumpul, sedikit bengkok dan tidak memiliki bottle neck, tiap buah memiliki 20-40 biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulat, proses fermentasinya cepat dan rasanya tidak begitu pahit, warna buah muda umumnya merah dan bila sudah masak menjadi oranye (Susanto, 1994).
Penggerek Buah Kakao (Canopomorpha cramerella Snell.)
Khoo et.al (1991) mengelompokkan C. cramerella Snellen kedalam Filum : Arhropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Lepidoptera, Famili : Lithocolletidae, Genus : Conopomorpha, dan Spesies : Conopomorpha cramerella Snellen.
Saat ini, penyebaran hama PBK hampir menyeluruh di propinsi penghasil kakao, meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Riau, Lampung, Papua, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Selain
Larva yang baru keluar dari telur langsung masuk ke dalam buah dan tinggal di dalam buah selama 12-14 hari bahkan sampai 18 hari sebelum keluar untuk berkepompong. Larva memakan jaringan yang lunak seperti pulp, plasenta, dan saluran makanan yang menuju biji. Kerusakan pada pulp mengakibatkan biji saling melekat dan juga melekat pada dinding buah (Wardojo, 1994). Apabila buah yang telah ditinggalkan larva dibelah, terlihat sejumlah liang gerek berwarna coklat pada bagian dalam kulit buah dan daging buah. Kulit buah yang terserang akan sangat mudah terserang jamur (Sunanto, 1992).
Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat relatif karena untuk melihat ketahanan suatu jenis tanaman, sifat tanaman yang tahan harus dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau peka. Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan tingkat populasi serangga yang sama dan keadaan lingkungan yang sama (Untung, 1993).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada sentra-sentra pengembangan kakao di Sulawesi Selatan yang meliputi Kabupaten Luwu Utara, Luwu, Bone, Soppeng, dan Pinrang serta Sulawesi Barat meliputi Kabupaten Polewali Mandar, Majene dan Mamuju.
Penelitian dilaksanakan dengan metode survei dengan pengambilan sampel secara purposive sampling, yang dilaksanakan pada bulan Mei 2007 hingga Agustus 2007.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah buah kakao harapan tahan PBK, yang merupakan hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Luwu Utara, Luwu, Bone, Soppeng, Pinrang, Polewali Mandar, Majene dan Mamuju.
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, kertas label, alat ukur (penggaris), kamera, plastik sampel, gunting pemotong buah kakao, pisau dan alat tulis menulis.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk mengetahui apakah tanaman kakao resisiten atau tidak terhadap
2
ejk = å ( Xij – Xik )2
I=1
ejk = Koefisien jarak Euclidean
Xij = Nilai dari pengukuran atribut i pada objek j
Xik = Nilai dari pengukuran atribut i pada objek k
Koefisien tersebut digunakan untuk menentukan jarak genetik (matrik jarak genetik) sidik gerombol serta dendogram atau pohon kekerabatan dengan menggunakan metode Unweighted Pair-Group Method with Arithmetic al Average (UPGMA).
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan survei dan pengamatan secara langsung pada sentra-sentra produksi kakao. Selanjutnya mengamati dan menganalisa karakter morfologi buah kakao harapan tahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan karakteristik morfologi buah kakao (Theobroma cacao L.) harapan tahan
Tabel 1. Karakteristik Morfologi Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Harapan Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (Conophomorpha cramerella Snell.) dan Rentan Sebagai Kontrol.
Tanaman | Bentuk Buah | Kontridiksi Basal Buah | Kontridiksi Apeks Buah | Keadaan Permukaan Buah | Keadaan Alur Buah | Kekerasan Sklerotik (g cc-1) | Warna buah | Kategori |
LU1 | Oblong | Tidak Berlekuk | Sangat Runcing | Kasar | Agak Dalam | 0,85 | Kuning | T |
LU2 | Elips | Tidak Berlekuk | Tumpul | Agak Halus | Dangkal | 0,76 | Jingga | T |
LW5 | Elips | Tidak Berlekuk | Tumpul | Agak Halus | Dangkal | 0,88 | Kuning | T |
BN3 | Elips | Agak Berlekuk | Tumpul | Agak Kasar | Dangkal | 0,75 | Kuning | T |
SP6 | Oblong | Tidak Berlekuk | Sangat Runcing | Agak Kasar | Dangkal | 0,99 | Kuning | T |
SP7 | Elips | Tidak Berlekuk | Tumpul | Agak Kasar | Dangkal | 1,24 | Kuning | T |
PN1 | Elips | Tidak Berlekuk | Tumpul | Agak Kasar | Dangkal | 1,05 | Kuning | T |
Sulbar 1 | Oblong | Tidak Berlekuk | Tumpul | Halus | Dangkal | 0,83 | Jingga | T |
Sulbar 2 | Oblong | Tidak Berlekuk | Tumpul | Agak Halus | Dangkal | 0,85 | Jingga | T |
Tanaman | Bentuk Buah | Kontridiksi Basal Buah | Kontridiksi Apeks Buah | Keadaan Permukaan Buah | Keadaan Alur Buah | Kekerasan Sklerotik (g cc-1) | Warna buah | Kategori |
MJ1 | Orbikuler | Tidak Berlekuk | Membulat | Halus | Dangkal | 0,76 | Jingga | T |
MM1 | Elips | Tidak Berlekuk | Tumpul | Agak Kasar | Dalam | 0,80 | Kuning | T |
LU | Oblong | Tidak Berlekuk | Membulat | Kasar | Dalam | 0,83 | Kuning | R |
LW | Oblong | Berlekuk | Sangat Runcing | Kasar | Dalam | 0,78 | Kuning | R |
BN | Elips | Berlekuk | Runcing | Agak Kasar | Dangkal | 0,50 | Kuning | R |
SP | Elips | Agak Berlekuk | Sangat Runcing | Agak Halus | Dangkal | 0,77 | Kuning | R |
PN | Elips | Tidak Berlekuk | Runcing | Agak Kasar | Agak Dalam | 0,31 | Kuning | R |
Sulbar | Elips | Berlekuk | Runcing | Kasar | Dalam | 0,50 | Kuning | R |
MJ | Elips | Berlekuk | Tumpul | Agak Kasar | Agak Dalam | 0,69 | Kuning | R |
MM | Oblong | Tidak Berlekuk | Sangat Runcing | Agak Halus | Dangkal | 0,33 | Kuning | R |
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2007.
Keterangan : T=Tahan; R=Rentan
Pembahasan
Tabel 1. menunjukkan bahwa terdapat 4 tanaman tahan dengan bentuk buah oblong, 6 tanaman tahan dengan bentuk buah elips, 1 tanaman tahan dengan bentuk buah orbikuler, 3 tanaman rentan dengan bentuk buah oblong dan 5 tanaman rentan dengan bentuk buah elips. Tabel tersebut juga menunjukkan 11 tanaman tahan dengan kontridiksi basal buah yang tidak berlekuk, 1 tanaman rentan dengan kontridiksi basal agak berlekuk, 4 tanaman rentan dengan kontridiksi basal buah tidak berlekuk dan 4 tanaman rentan dengan kontridiksi basal buah berlekuk.
Selain itu, Tabel 1. juga menunjukkan 2 tanaman tahan dengan kontridiksi apeks buah sangat runcing, 8 tanaman tahan dengan kontridiksi apeks buah tumpul, 1 tanaman tahan dengan kontridiksi apeks buah membulat, 3 tanaman rentan dengan kontridiksi apeks buah sangat runcing, 3 tanaman rentan dengan kontridiksi apeks buah runcing, 1 tanaman rentan dengan kontridiksi apeks buah tumpul, dan 2 tanaman rentan dengan kontridiksi apeks buah membulat.
Terdapat pula parameter pengamatan buah lainnya, yang meliputi keadaan permukaan buah, kedalaman alur buah, keadaan sklerotik dan warna buah masak. Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa terdapat 1 tanaman tahan dengan keadaan permukaan buah kasar, 5 tanaman tahan dengan keadaan permukaan buah agak kasar, 3 tanaman tahan dengan keadaan permukaan buah agak halus, 2 tanaman tahan dengan keadaan permukaan buah halus, 3 tanaman rentan dengan keadaan permukaan buah kasar, 3 tanaman rentan dengan keadaan permukaan buah agak kasar, dan 2 tanaman rentan dengan keadaan permukaan buah agak halus. Adanya perbedaan kedalaman alur juga nampak pada Tabel 4.1. Terdapat 1 tanaman tahan dengan kedalaman alur yang dalam, 1 tanaman tahan dengan kedalaman alur yang agak dalam, 9 tanaman tahan dengan kedalaman alur yang dangkal, 3 tanaman rentan dengan kedalaman alur yang dalam, 2 tanaman rentan dengan kedalaman alur yang agak dalam, 3 tanaman rentan dengan kedalaman alur yang dangkal. Tanaman yang tahan memiliki kekerasan sklerotik yang berkisar antara 0,75 g cc-1 - 1,24 g cc-1 sedangkan tanaman rentan memiliki kekerasan sklerotik yang berkisar antara 0,31 g cc-1 – 0,83 g cc-1. Warna buah masak juga menjadi salah satu perameter pengamatan yang diamati. Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 7 tanaman tahan dengan buah berwarna kuning dan 4 tanaman tahan dengan buah berwarna jingga sedangkan pada 11 tanaman rentan memiliki warna buah masak kuning.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada buah kakao harapan tahan
1. Terdapat perbedaan karakteristik morfologi buah kakao harapan tahan hama PBK dan buah kakao tidak tahan hama PBK, khususnya bentuk buah, kontridiksi basal buah, kontridiksi apeks buah, keadaan permukaan buah, kedalam alur buah, keadaan sklerotik, warna buah, rata-rata jumlah biji perbuah, bobot 100 biji kering dan indeks pod.
2. Analisis kluster mengelompokkan tanaman dalam
Saran
Tanaman LW 5, SP 6 dan MJ 1 merupakan tanaman harapan tahan PBK yang dapat dijadikan sebagai bahan tanaman dalam perbanyakan klon kakao unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Panduan lengkap budidaya Kakao, Cet. 1. Agromedia Pustaka,
Azhar,
Canover, W. L. 1986. Practical nonparametric statistics. John Wiley and Sons, Inc. 493p.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007. (Pada www.deptan.go.id.). Diakses 8 September 2007
ICCO, 2006. Annual Report 2004/2005. International
Khoo. K.C., Ooi. P.A.C., dan Ho. C.T., 1993. Crop pest their management in Malaysia, Universitas Pertanian
Manly, F.J.B., 1986. Multivarite statistical method.
Muljana, W., 2001. Bercocok tanam Cokelat. Aneka Ilmu,
Susanto, F. X., 1994. Tanaman Kakao. Kanisius,
Susilo, A. W., E. Sulistyowati & Endang Mufrihati, 2004. Eksplorasi genotipe Kakao tahan hama Penggerek Buah Kakao (Conophomorpha cramerella Snell.), Pelita Perkebunan, Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao, Vol. 20, No. 1, April 2004., Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Tjitrosoepomo, G., 2002. Taksonomi tumbuhan (Spermatophyta), Cet. Ke-7..
Untung, K., 1993. Pengantar pengelolaan hama terpadu.
Wardojo, S., 1994. Strategi pengendalian hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Disampaikan pada Gelar Teknologi dan Pertemuan Regional Pengendalian PBK di kabupaten Polmas Sulawesi Selatan, 3-4 Oktober 1994. 5 hlm.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sketsa Bentuk Buah, Kontridiksi Basal Buah dan Apeks Buah Kakao (Theobroma cacao L. )
(Sketsa Bentuk Buah Kakao)
Tidak Berlekuk Agak Berlekuk Berlekuk
(Sketsa Basal Buah Kakao)
Sangat Runcing Runcing Tumpul Membulat
(Sketsa Apeks Buah Kakao)
Lampiran 2. Skoring Karakter Morfologi Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Harapan tahan PBK dan Rentan sebagai Kontrol di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
Komentar