PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN MUTU BENIH

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih sebagai salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil tanamannya (Ricki B,2011). Kepastian mutu suatu kelompok benih yang diedarkan dan digunakan untuk penanaman sangat diperlukan untuk menjamin baik pengguna, pengedar, maupun pengada. Aspek legal dari mutu benih ini memerlukan perangkat berupa metode pengujian yang standar. Standar metode pengujian mutu benih yang ada selama ini mengacu pada ketentuan Internasional Seed Testing Association (ISTA) sehingga diperoleh sertifikasi benih yang bertujuan memelihara kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul, serta menyediakan benih secara kontinyu kepada petani.
Sebagai langkah pertama dalam pengujian mutu benih adalah menyediakan contoh benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA. Tujuan penarikan contoh adalah untuk mendapatkan contoh benih yang mewakili kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan pengujian mutu benih. Pada prinsipnya, pengambilan contoh dilakukan dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama.
Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang multi suatu benih digunakan untuk keperluan penanaman (Darutiyastireni, 2010). Kemurnian benih merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk menyediakan benih yang masih mempunyai tingkat kemurnian tinggi, yaitu tidak tercampur dengan varietas lain, kotoran maupun benih yang rusak. Kemurnian benih sangat penting dilakukan terutama dalam menjaga kualitas suatu varietas unggul (Annas S, 2011). Tujuan utama dari analisa kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. Pada prinsipnya, pengujian kemurnian benih di laboratorium merupakan secara fisik/berdasarkan indentitas fisik yang telah ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh kerja benih ke dalam komponen-komponen: benih murni, varietas lain, kotoran benih. Kemurnian benih dapat dilakukan secara manual dengan menyeleksi dari bahan atau varietas selain benih murni sehingga akan diperoleh kemurnian benih dari suatu varietas.
Contoh benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara tentu akan mempengaruhi mutu benih sehingga perlu dilakukan pengujian kadar air. Penetapan kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat  asal  contoh benih. Tujuan penetapan kadar  air  diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan  kadar  air  yang  tepat  selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. Jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar airbenih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan.
Pemilihan biji untuk bahan tanam (benih,bibit) harus diperhatiakn betul agar produksi tanamanya mencapai hasil yang maksimal. Sutu varietas dapat disertifikasi bila telah dianjurkan oleh team penilaian dan pelepas varietas dari Badan Nasional dan disetujui oleh menteri. Benih bina adalah jenis tanaman yang benihnya sudah ditetapkan untuk diatur dan diawasi dalam pemasaranya berdasarkan peraturan yang berlaku. Dengan menghitung secara langsung 1000 benih, setelah benih dihitungs ebanyak 1000 benih lalu benih ditimbang dan diketahui beratnya. Data yangdihasilkan dalam penghitungan ini sangat akurat, tetapi dalam pelaksanaan penghitungan tentu sangat memakan waktu dengan menghitung 1000 benih apa lagi benih berukuran yang kecil. Pengujian bobot 1000 benih adalah kegiatan menelaah benih dengan membandingkan dengan bobot benih dengan deskripsi yang telah ada sehingga dapat diketahui kualitas benih. Benih dengan bobot besar dapat dianggap baik karena dimungkinkan benih tersebut benar-benar masak pada saat pemanenanya.
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum mengenai teknik pengambilan contoh benih dengan melihat dan menguji tingkat kemurnian benih, kadar air benih dan bobot 1000 benih.
1.2 Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan praktikum antara lain sebagai berikut :
1.  Mengambil / meendapatkan contoh dalam jumlah yang sesuai untuk pengujian dan mengetahui prosedur pengambilan contoh benih dari suatu lot benih.
2.   Menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih dan mengetahui persentasi masing-masing dari komposisi benih.
3. Mengetahui dan mempelajari cara mencari kadar air benih dengan berbagai cara dan alat pengukur.
4.   Mengetahui metode pengujian bobot1000 benih yang efektif.
 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Pengambilan Contoh Benih
Dalam praktek suatu kelompok benih tidak pernah benar-benar homogen. Oleh karenanya ditetapkan cara-cara pengambilan contoh supaya diperoleh contoh yang mewakili.untuk hal tersebut diperlukan keahlian dan pengalaman dari petugas pengambilan contoh.
Program sertifikasi dan pengawasan pemasaran hanya petugas yang diberi wewenang yang dapat melakukan pengambilan contoh benih untuk keperluan pelabelan dan pengecekan label. Cara pengambilanya harus memenuhi ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan.suatu kelompok benih harus diatur sedemikian rupa sehinga setiap wadah atau bagianya dapat dapat diambil contohnya.pemilik benih harus memberi keterangan yang terperinci tentang asal benih.apabila diketahui bahwa kelompok benih tidak seragam,maka etugas pengambil contoh berhak menolak untuk melaksanakan pengambilan contoh (Kiki Ma,2009).
Di dalam pengambilan contoh sejumlah benih yang kurang lebih sama beratnya akan diambil secara acak dari setiap wadah atau aliran benih. Pada benih -benih yang lengket pengambilan contoh dilakukan dengan tangan sedangkan untuk benih lainya digunakan alat pengambilan contoh benih.
Pengambilan contoh benih bertujuan untuk mendapatkan contoh benih yang mewakili kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan pengujian mutu benih. Benih pertanian dan holtikultura yang berukuran seperti Triticum spp atau lebih besar, berat maksimum untuk setiap kelompok benih adalah 20.000 kg. Untuk benih yang lebih kecil dari Triticum spp berat maksimumnya adalah 10.000 kg. Benih pohon-pohonan yang berukuran seperti benih Fagus spp atau lebih besar berat maksimumnya adalah 5000 kg. Untuk benih yang lebih kecil dari benih Fagus spp berat maksimumnya adalah 1000 kg (Kiki Ma, 2009).
Prinsip pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama. Pada saat penarikan contoh, tangan dimasukkan dengan telapak tangan terbuka dan pada saat dikeluarkan jari tangan hendaknya menggenggam benih secara rapat sehingga tidak satu pun benih yang terlepas ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah (Kiki Ma, 2009).
Benih yang terambil dari setiap pengambilan contoh disebut contoh primer sedangkan gabungan contoh-contoh primer disebut contoh komposit. Contoh benih diambil secara acak dari contoh komposit ini dapat digunakan sebagai contoh kiriman. Dari contoh kiriman ini kemudian diambil contoh kerja secara acak.
Contoh primer (primary sample) contoh primer dapat diambil dengan tangan atau dengan “seed trier” yaitu suatu alat untuk mengambil contoh benih. Apabila menggunakan tangan maka pengambilan contoh benih harus dilakukan pada kedalaman lebih dari 40 cm dari wadah atau bulk. Dalam beberapa hal dan untuk species tertentu, terutama yang benihnya sukar dialirkan, cara pengambilan contoh benih dengan tangan lebih memuaskan. Tetapi cara yang lebih umum dengan menggunakan seed trier. Alat ini terbuat dari pipa logam yang mempunyai celah-celah atau lubang-lubang di satu sisi melalui mana contoh benih dapat mesuk. Terdapat beberapa bentuk dan ukuran seed trier, tergantung pada ukuran benih (Kiki Ma, 2009).
Pengambilan contoh benih memiliki intensitas tertentu seperti benih yang disimpan dalam silo (bulk) paling sedikit harus diambil 3 contoh primer jika berat benih kurang dari 50 kg, 5 contoh primer jika berat benih sampai dengan 500 kg, paling sedikit 5 contoh primer dengan berat masing-masing 300 kg untuk berat benih 501-3000 kg dan 10 contoh primer (@ 500 kg) untuk berat benih 3001-20000 kg. Sedangkan benih yang disimpan dalam wadah, diperlukan 5 contoh primer jika wadahnya sampai dengan 5, untuk 6-30 wadah diambil 5 contoh primer dari setiap 3 wadah serta untuk yang lebih dari 30 wadah tidak boleh kurang dari 10 contoh primer yang diambil dari setiap 5 wadah. Pengambilan contoh primer dari wadah tersebut dilakukan secara acak dan sebaiknya diambil dasar seberat 100 kg. Untuk wadah yang lebih kecil sebaiknya digabungkan membentuk suatu unit dengan berat maksimum 100 kg (Nasrudina, 2009).
Contoh kirim yang telah diperoleh dijadikan contoh kerja dengan membagi contoh kirim tadi dengan seed divider. Jika benih yang telah dibagi dianggap tidak seimbang maka dapat diulang kembali sehingga berat dari pembagian tersebut sama dan benih dapat diacak. Pembagian benih yang telah dianggap seimbang, merata dan teracak sempurna dapat dijadikan sebagai contoh kerja (Nasrudina, 2009).
2.2  Kemurnian Benih
Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke dalam kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang dimaksud. (Anonima, 2010).
Kemurnian  benih  adalah  tingkatan  kebersihan  benih  dari  materi-materi  non benih/serasah,  atau  benih  varietas  lain  yang  tidak  diharapkan.  Biasanya  kemurnian  benih dinyatakan dalam persentase (%). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili  lot  benih.  Untuk analisis  kemurnian benih,  maka contoh uji  dipisahkan menjadi  3 komponen sebagai berikut :
a. Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :
- Benih masak utuh
- Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
- Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
- Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya.
- Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b. Benih tanaman lain,  adalah jenis/  spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
- Benih dan bagian benih
- Benih tanpa kulit benih
- Benih yang terlihat bukan benih sejati
- Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih = 0,5 ukuran normal
- Cangkang benih, Kulit benih, Bahan lain, Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll (Nasrudinb,2009).
Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun. (Anonima, 2010).
Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan secara duplo dimana pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali dan secara simplo dimana pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Dari  skema  diatas  dapat  diketuhi  bahwa  pengambilan  contoh  benih  dapat  dilakukan secara  simplo  yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali,  tetapi  jika secara duplo maka pengambilan  contoh kerja  dilakukan  2 kali  setengah berat  contoh kerja. Setelah dilakukan pengabilan contoh kerja maka dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat awal  benih  sebelum  dilakukan  pengujian  kemurnian.  Tahap  selanjutnya  adalah  analisis kemurnian,  setiap  benih  diidentifikasi  satu  persatu  secara  visual  bedasarkan  penampakan morfologi. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih dipisahkan. Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan pada setiap komponen tersebut. Faktor kehilangan yang diperbolehkan = 5%, jika terdapat  kehilangan berat > 5% dari berat contoh kerja awal,  maka analisis diulang dengan menggunakan contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan = 5% maka  analisis kemurnian tersebut diteruskan dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut (Nasrudinb,2009).
Peralatan yang digunakan pada analisa kemurnian benih antara lain alat pembagi mekanis, alat pembersih kotoran fisik (seed blower), alat pembersih kotoran varietas (purity desk), alat timbangan dan peralatan lainnya seperti kaca pembesar, mikroskup stereo, forsep dan saringan. (Anonima, 2010).
2.1  Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih. Prinsip dari metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis air yang ada di dalam benih (Sucipto, 2009). Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. (Anonimb dalam Mugnisjah, 2010).
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mampengaruhi masa hidupnya. Oleh karena benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen atau benihnya  masih berkadar air tinggi  yang juga harus segera dipanen. Cara lain yang mempengaruhi umur simpan  benih adalah kerusakan akibat proses penggunaan  alat-alat mekanis. Meski sangat penting artinya untuk menurunkan kadar air benih hingga ke tingkat yang aman untuk disimpan, namun bila kadar air terlalu kering juga dapat membahayakan benih (Ananta WD, 2011).
Benih yang sangat kering yang sangat peka terhadap kerusakan mekanis serta pelukaan sampingan lainya.kerusakan seperti  ini  dapat  menyebabkan bagian penting benih mengalami pecah  atau  retak  pada  bagian  penting  biji  hingga  benih  tersebut  peka  terhadap  serangan cendawan yang dapat menurunkan daya simpannya (Justice dan Bass dalam Ananta WD, 2011).
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Munisjah dalam Ananta WD, 2011).
Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryo sac yang sedang  mengalami  pembuahan  mempunyai  kadar  air  kira-kira  80  % dalam bebarapa  hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85% lalu pelan-pelan menurun secara teratur. Dekat kepada waktu masak kadar air ini menurun dengan cepat sampei kire-kire 20% pada biji tanaman sereallia,setelah tercapai  berat kering maximum dari pada biji,kadar air tersebut agak konstan sekitar 20% tetapi sedikit naik terun seimbang dengan keadaan lingkungan di lapangan.
Kadar air ini penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena panenan itu harus di lakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman sereallia dan biji-bijian legume dipanen pada kadar air 20%umumya kadar air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk dipanen. Panenan dengan kadar air biji 30 % tidak baik karena sukar untuk pengirikan, disamping ini biji akan rapuh apabila dikeringkan sampai dibawah kadar air 20% tetapi tergantung pada jenis biji,ada yang baik dipanen pada kadar air 10-12%. Gandum dipanen pada kadar air biji 14-15%,kapas 12-14%,padi 18%,jagung 20-30%. Beberapa varietas padi di daerah ini panicle atau gabahnya akan rontok atau jatuh ketanah apabila kadar biji di biarkan sampai 12-14% (Jurnalis Kamil dalam Ananta WD, 2011).
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang  digunakan  merupakan  benih  yang  diambil  dan  ditempatkan  dalam wadah  yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang  sebenarnya  karena  telah  mengalami  perubahan  akibat  adanya  kontaminasi  udara  dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah (Ananta WD, 2011).
Metode yang digunakan untuk menguji  kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven ) Skema pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven) dan  Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer) Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui (Ananta WD, 2011).
2.2 Bobot 1000 Butir Benih.
Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas. Benih dapat dihitung secara manual dengan menggunakan sebuah spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan warna permukaan kontras terhadap berwarna benih, kemudian jumlah benih tersebut ditimbang. Pekerjaan menghitung jumlah benih akan lebih mudah dengan alat penghitung automatik. Bila alat tersebut digunakan secara benar maka tingkat ketepannya adalah sekitar + 5 % (Sutopo, 2002).
Pemilihan biji untuk bahan tanam (benih,bibit) harus diperhatiakn betul agar produksi tanamanya mencapai hasil yang maksimal. Sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul serta mennyediakan secara kontiyu kepada petani (Anonymous dalam Kiki Mc, 2011 ). Daya tumbuh benih adalah kemampuan dari benih/biji tanaman untuk tumbuh/berkecambah dalam hitungan persen (%). Di dalam kemasan produk benih dari pabrik, biasanya telah dicantumkan daya kecambah benih tersebut. Tetapi jikakita menggunakan benih dari hasil sendiri, maka kita harus melakukan uji tumbuh benih terhadap benih yang akan kita tanam(Anonymous dalam Kiki Mc, 2011).
Sutu varietas dapat disertifikasi bila telah dianjurkan oleh team penilaian dan pelepas varietas dari Badan Nasional dan disetujui oleh menteri. Benih bina adalah jenis tanaman yang benihnya sudah ditetapkan untuk diatur dan diawasidalampemasaranya berdasarkan peraturan yang berlaku. (Zulkarnaen dalam Kiki Mc, 2011). Dengan menghitung secara langsung 1000 benih, setelah benih dihitungsebanyak 1000 benih lalu benih ditimbang dan diketahui beratnya. Data yangdihasilkan dalam penghitungan ini sangat akurat, tetapi dalam pelaksanaan penghitungan tentu sangat memakan waktu dengan menghitung 1000 benih apa lagi benih berukuran yang kecil (Rahardjo dalam Kiki Mc, 2011).
Brdasarkan Netto (berat benih murni) karena jika dalam hitungan biji tentuakan banyak mengalami kesulitan penghitungan, apa lagi benih-benih yang relatif berukuran kecil. Tetapi dalam kemasan benih dari pabrikan, benih yang berukuran besar selain terdapat jumlah benih dalam jumlah biji, juga terdapat berat biji dalam kemasan tersebut (Rozi dalam Kiki Mc, 2011).
Tiap varietas tanaman mempunyai ukuran berat 1000 biji yang khusus, dengan demikian perhitungan berat 1000 biji ini hanya berlaku untuk biji-biji satu  tanaman. Meskipun demikian variabilitas biji yang ada disebabkan oleh beberapa faktor luar seperti keadaan cuaca, intensitas sinar matahari, masa kering yang terlalu panjang, pemupukan dan letak biji pada tanaman (Anonim, 2011).
 Untuk menyediakan benih perlu diperhatikan daya tumbuhnya, semakin rendah daya tumbuhnya maka semakin bayak biji yang diperlukan sebagai benih.  Kebutuhan biji persatuan luas harus mempertimbangkan jarak tanam, isi tiap lubang, daya kecambah, berat 1000 biji dan kebutuhan benih untuk sulaman.Bobot 1.000 biji merupakan berat nisbah dari 1.000 butir benih yang dihasilkan oleh suatu jenis tanaman atau varietas. Salah satu aplikasi penggunaan bobot 1.000 biji adalah untuk menentukan kebutuhan benih dalam satu hektar (Anonim, 2011).
Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Dengan mengetahui biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut pada saat dipanen sudah dalam keadaan yang benar-benar masak, karena biji yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih adalah biji yang benar-benar masak. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan contohnya terlalu banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu tumbuhan. Pada banyak spesies bobot benih merupakan salah satu ciri fenotip yang paling kurang fleksibel. Bobot 1000 biji padi dibedakan menjadi 3 kategori oleh Badan Pengendali Bimas yaitu bobot 1000 biji berukuran kecil apabila kurang dari 20 gr, ukuran sedang antara 20-25 gr, dan untuk ukuran besar lebih dari 25 gr (Anonim, 2011).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
          3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Leuwikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tanggal, 28 Februari, 1 dan 6 Maret 2012 pukul 10.00 – 13.00 WIB.
3.2  Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah biji padi, kedelai, bayam, kacang tanah, kantong plastik, kertas, spidol, label dan alat tulis menulis.
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah stick trier, Boerner conical divider, timbangan analitik, grinding mill, oven suhu tinggi/rendah (135oC), cawan porselen, meja pemurnian, desikator, cutter, sendok, baki plastik, pinset, mangkuk (cup).
3.3 Cara Kerja Praktikum
3.3.1 Pengambilan contoh benih
1.  Pastikan identitas benih yang diambil harus jelas dan posisi wadahnya tersusun rapi dan kokoh.
2.   Pengambilan contoh primer sejumlah benih padi diambil secara acak dari wadah dengan menggunakan stick trier.
3.      Menggabungkan contoh primer yang disebut dengan contoh komposit.
4.    Menimbang contoh kirim minimal sebanyak 700 gr dari contoh komposit yang telah diperoleh tadi.
5.   Untuk memperoleh contoh kerja, benih padi dikurangi secara merata dan bertahap dengan menggunakan Boerner conical divider.
6.   Agar lebih merata, benih dimasukkan ke Boerner conical divider diulang sebanyak 3 kali sebelum benih dibagi hingga beratnya minimal 70 gr.
7.      Sisa contoh benih dan contoh kerja harus disimpan paling tidak 1 tahun dan dapat digunakan sebagai bahan pengujian untuk mutu benih yang lainnya.
       3.3.2 Kemurnian benih
1.        Ambil contoh kerja biji padi dan bayam lalu timbang berat awal contoh tersebut.
2.        Pisahkan komponen-komponen analisis kemurnian :
-   Benih murni
-   Biji tanaman lain
-   Kotoran benih
3.    Timbang  masing-masing  komponen  hasil  pemisahan  dan  timbang  berat  masing-masing komponen tersebut.
4.     Jumlahkan  semua berat  masing-masing komponen untuk mendapatkan  berat  total setelah pengujian.
5.   Jika selisih antara berat awal dengan berat setelah pengujian >6% maka pelaksanaan percobaan diulang.
6.      Hitung masing-masing komponen dengan menggunakan 1 angka desimal.
KRITERIA
a.   Benih murni meliputi spikelet, floret, jail (caryopsis) utuh, pecahan jali > ½  ukuran asli, tidak  termasuk bulu yang panjangnya lebih dari panjang spikelet atau floret.
b.  Biji tanaman lain meliputi semua biji yang tidak termasuk dalam spesies yang dimaksud (seharusnya <5%)
c.   Kotoran meliputi semua materi yang terdapat didalam contoh kerja kemurnian akan tetapi tidak trmasuk kedua komponen sebelumnya seperti jerami,  sekam, debu, tanah, pecahan benih yang ukurannya kurang dari ½ ukuran benih asli.
RUMUS :
Benih murni(%) =  x 100%
Biji tanaman lain (%) =  x 100%
Kotoran benih (%) =  x 100%
 Faktor kehilangan yang diperbolehkan maksimal 5 % dihitung dengan rumus :
CK-(BM+BTL+KB)/CK x 100 % ≤ 5 %
Keterangan :
BM   : Benih murni
BTL : Biji tanaman lain
KB    : Kotoran benih
CK    : Contoh kerja
3.3.3        Kadar air benih
1. Timbang 5 gr benih padi dan kacang tanah masing-masing lot sebanyak 2 ulangan.
2. Menghancurkan benih menjadi lebih kecil dengan grinding mill dimana untuk serealia minimal 50% dari berat contoh dan melewati saringan ukuran 0,5 mm dan leguminosae dipotong dengan ukuran kecil menggunakan cutter dan pinset.
3. Setelah bobot awal  dicatat,  tempatkan benih pada kertas  amplop atau cawan porselen yang tahan suhu oven.
4. Tempatkan  benih pada  oven  dengan  suhu rendah  konstan (103±2)oC selama 17 jam (sampai berat konstan) dan pada oven suhu tinggi (132±1)oC selama 1 jam.
5. Setelah berat konstan, keluarkan benih dari oven kemudian dinginkan dahulu di dalam deksikator selama 30-40 menit.
6. Timbang bobot kering benih setelah didinginkan.
7. Hitung kadar air benih dengan rumus sebagai berikut :
Kadar air =  (M2-M3)/(M2-M1) x 100%
Keterangan :
M1 : berat wadah + tutup dalam gram
M2 : berat wadah + tutup+ isi dalam gram sebelum dikeringkan
M3 : berat wadah + tutup + isi dalam gram setelah dikeringkan
3.3.4        Bobot 1000 butir
1.     Berdasarkan seluruh contoh kerja
a.    Mengambil contoh kerja benih padi dan kacang kedelai.
b.    Timbang contoh kerja untuk padi sebanyak 70,21 gr lalu hitung jumlah benihnya (2951 butir) dan kacang kedelai sebanyak 202,73 gr dengan jumlah benih (1275 butir).
c.    Hitung bobot 1000 benih dengan rumus :
     Bobot 1000 benih =  (bobot awal benih/jmlh benih) x 1000
2.      Berdasarkan ulangan
a.    Mengambil contoh kerja benih padi dan kacang kedelai  dan hitung tiap–tiap benih sebanyak 100 butir untuk setiap ulangan.
b.    Timbang benih tersebut untuk  100 butir sesuai banyak ulangan yang dibutuhkan.
c.    Untuk B1, dibutuhkan 8 ulangan (800 butir). Setiap 100 butir, ditimbang beratnya kemudian dirata-ratakan. Untuk menghitung variance/ragam, standar deviasi dan koefisien variasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut 
o    V = (nx2-(∑x)2)/(n(n-1))
o    S = akar V
o    Koefisien variasi =  (S/X) x 100
Keterangan :
V = variance/ragam
x  = berat masing – masing ulangan (gr)
n  = jumlah ulangan
∑ = jumlah dari
S = standar variasi

X = berat rata-rata 100 butir
d. Untuk B2, dibutuhkan 4 ulangan (400 butir). Setiap 100 butir, ditimbang beratnya kemudian dijumlahkan dan dikalikan 2,5 untuk memperoleh bobot 1000 benih.
e. Untuk B3, dibutuhkan 10 ulangan (1000 butir). Setiap 100 butir, ditimbang beratnya kemudian dirata-ratakan dan dikalikan 10 untuk memperoleh bobot 1000 benih.
f. Untuk B4, dibutuhkan 8 ulangan (800 butir). Setiap 100 butir, ditimbang beratnya kemudian dirata-ratakan dan dikalikan 10. Tentukan nilai tertinggi dan terendah untuk menghitung koefisien keragamannya dengan rumus :
CV =  + ((NT-X)x100%/X)+((NR-X)x100%/X)
Keterangan :
CV = Koefisien keragaman
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
X = Berat rata-rata benih.
                                         BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil
4.1.1. Pengambilan contoh kerja
Tabel 1. menunjukkan hasil pengambilan contoh kerja benih padi dari contoh kirim yang kemudian benihnya dibagi dengan menggunakan Boerner conical divider yang terdiri dari dua kelompok. Bagan pembagian contoh kerja tersebut ditampilkan pada Gambar (lampiran 1).
Tabel 1. Hasil pengambilan contoh kerja benih padi.
Kelompok
Contoh Kirim (gr)
Contoh kerja (gr)
1
889
73
2
814
72
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
4.1.2. Kemurnian benih
Hasil pengujian kemurnian untuk benih padi dan bayam dapat ditunjukkan pada Tabel 2. Pengujian kemurnian ini dilakukan dengan memisahkan benih murni, biji tanaman lain dan kotoran benih yang sebelumnya ditimbang terlebih dahulu. Adapun rumus perhitungan mengenai persentase pengujian kemurnian benih ditampilkan pada lampiran 2.
Tabel 2. Pengujian kemurnian benih padi dan Bayam (%).
Komoditas
Kelompok
Bobot (gr)
Persentase (%)
Awal
BM
BTL
KB
BM
BTL
KB
Padi
1
74.61
73.08
0.05
0.91
98.7
0.1
1.2
2
74.23
71.48
0.08
1.80
97.4
0.1
2.5
Bayam
1
2.23
2,100
Trace
0.020
99.1
Trace
0.9
2
2.12
2,010
0.03
0.04
96.7
1.4
1.9
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
4.1.3. Kadar air benih
Pengujian kadar air benih untuk padi dan kacang tanah menggunakan metode oven suhu konstan ditunjukkan pada Tabel 3. Adapun rumus perhitungan mengenai persenase kadar air benih ditampilkan pada lampiran 3.
Tabel 3. Pengujian kadar air benih padi dan kacang tanah.
Komoditas
KA Suhu Tinggi (%)
KA Suhu Rendah (%)
Kelompok
Kelompok
1
2
1
2
Padi
10.00
11.69
12.12
11.78
11.30
12.08
12.65
12.01
Kacang Tanah
9.27
9.18
11.01
3.60
9.80
8.71
11.20
10.76
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
4.1.4. Bobot 1000 butir
Tabel 4. menunjukkan hasil pengujian contoh kerja bobot 1000 butir pada benih padi dan kedelai dengan beberapa metode pengujian. Adapun rumus perhitungan mengenai pengujian bobot 1000 butir ditampilkan pada lampiran 4.
Tabel 4. Pengujian bobot 1000 benih padi dan kacang kedelai
Komoditas
Metode (gr)
A
B1
B2
B3
B4
Padi
23.79
24.13
25.13
23.62
24.85
CV=5.03%
CV=-4.40%
Kedelai
159.00
159.85
151.98
163.64
160.73
CV=2.51
CV=2.80%
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
4.2. Pembahasan
4.2.1 Pengambilan contoh kerja
Prinsip pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama.
Pada Tabel 1, pengambilan contoh kerja benih padi pada dua kelompok dengan contoh kirim 889 gr dan 814 gr. Contoh kerja yang diperoleh setelah dilakukan pembagian dengan menggunakan Boerner conical divider adalah 73 gr dan 72 gr. Metode pengambilan contoh kerja menggunakan stick trier pada suatu lot benih dengan jumlah bobot contoh kirim tergantung masing-masing tanaman. Menurut Anonim (2006), tanaman padi (Oryza sativa L) memiliki berat contoh kirim 700 gr dan berat contoh kerja adalah 70 gr. Berat minimum contoh kerja analisis kemurnian untuk tiap tanaman berbeda-beda. Benih yang tidak terdapat dalam daftar ketentuan, berat contoh kerja kemurnian dan hal-hal yang sehubungan ditentukan dengan mengunakan daftar ketentuan, yang bijinya mempunyai ukuran dan berat yang sama dengan biji contoh tersebut ( dengan jumlah ±2500 biji). Benih dari spesies dengan ukuran ekstra kecil atau besar berat contoh kerja kemurnian didasarkan pada jumlah yang tidak kurang dari 2000 biji tanpa mempertimbangkan daftar ketentuan ( beratnya tidak boleh kurang dari 0,25 gram ).
Prosedur pengambilan contoh benih padi harus mengikuti aturan yang telah ditentukan seperti yang tercantum pada ISTA. Menurut Nasrudina (2009), pengambilan contoh benih dimulai dari pengambilan contoh primer lalu menggabungkannya menjadi contoh komposit serta membuat contoh kirim. Untuk membuat contoh kerja, benih harus dibagi terlebih dahulu dengan beberapa metode baik secara mekanik, pengacakan dengan cangkir dan menggunakan sendok. Timbang benih sesuai jumlah contoh kerja yang ditetapkan dan selebihnya dapat disimpan sebagai cadangan untuk digunakan pada pengujian mutu benih yang lainnya.
4.2.2 Kemurnian benih
Pengujian  kemurnian  benih  adalah  pengujian  yang  dilakukan  dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut.
Pada praktikum kemurnian benih ini, disiapkan benih padi dan bayam dengan dua kelompok. Tiap kelompok benih kemudian dipisah-pisahkan dengan kategori benih murni, kotoran benih dan biji tanaman lain. Setelah terpisah menjadi tiga kategori ini langkah selanjutnya adalah menimbang masing-masing kategori ini dengan menggunakan timbangan eletrik. Persentase dari benih murni didapatkan dari berat benih murni dibagi dengan berat awal dan dikalikan 100%.
Tabel 2 menunjukkan benih padi pada kelompok 1 dan 2 memiliki kemurnian mencapai 98,7% dan 97,4% sedangkan kotoran benihnya 1,2% dan 2,5%.  Sementara pada benih  bayam, kemurniannya  mencapai 99,1% dan 96,7% serta memiliki kotoran benih 0,9% dan 1,9%.  Dari data tersebut, berarti  faktor kehilangan benih tidak lebih besar dari 5%, sehingga benih yang digunakan pada praktikum ini termasuk benih yang  bermutu fisik baik. dengan nilai yang kemurnian yang tinggi, benih tersebut menjadi murni dan tidak banyak mengandung kotoran.
Data tersebut merupakan bukti bahwa benih itu benar – benar murni walaupun ada beberapa persen kotoran benih dan benih varietas lain. Untuk benih tanaman lain persentasenya sangat kecil dari 1,4 % hingga Trace. Menurut Kiki Mb(2011), bahwa Selisih berat antara contoh pengujian semula dengan jumlah berat keempat komponen harus kurang satu persen. Komponen yang kurang dari 0,05 persen dinyatakan sebagai “ trace “ ( jumlah yang sangat sedikit ).
Semakin baik mutu fisik benih, akan berpengaruh pada semakin baik mutu genetis dan fisiologis. Sebab murni benih tersebut, maka daya kecambah dan campuran dari benih lain juga sedikit, sehingga karakter benih terjaga dan tumbuh di lapangan dengan optimal (Anonim, 2009).
Kemurnian  benih  merupakan  salah  satu  pengujian  yang  dilakukan  untuk menyediakan benih yang masih mempunyai  tingkat  kemurnian tinggi. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan benih murni memiliki persentase yang cukup tinggi. Persentase biji tanaman lain dan kotoran benih cukup rendah, sehingga dikatakan cukup baik karena tidak banyak kotoran yang masuk ke dalam benih. Kemurnian  benih  perlu  dilakukan  karena  mempunyai  beberapa  manfaat diantaranya menjaga kualitas benih terutama varietas unggul dan mengetahui persentase kemurnian benih dari suatu varietas. Menurut (Anonima, 2010), Pembersihan benih sangat perlu dilakukan sehubungan adanya perbedaan-perbedaan fisik dan sifat yang dapat mengaburkan kemurnian benih. Perbedaan-perbedaan seperti tekstur permukaan dan warna harus kita ambil yaitu yang menunjukkan kemurnian benih, sedang yang lainnya kita pisahkan sehingga yang tinggal menunjukkan kemurnian benih tersebut.
4.2.3 Kadar air benih
Kadar air benih sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari benih tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu benih sangat penting  agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat.
Dari data yang telah diperoleh pada Tabel 3, terlihat bahwa pada padi memiliki kadar air terendah pada kelompok 1 dengan oven suhu tinggi yakni 10% dan tertinggi yakni pada kelompok 1 dengan oven suhu rendah 12,65 %. Sedangkan pada kacang tanah memiliki kadar air terendah pada kelompok 2 dengan oven suhu rendah yakni 3,6% dan tertinggi yakni pada kelompok 1 dengan oven suhu rendah 11,20 %. Dari kedua metode oven ini, pada benih padi memiliki rata-rata kadar air terendah pada oven suhu tinggi yaitu 11,27% dan 12,14% pada oven suhu rendah. Namun, pada benih kacang tanah memiliki rata-rata kadar air terendah pada oven suhu rendah yaitu 9,14% dan 9,24% pada oven suhu tinggi.
Kadar air benih padi lebih tinggi dibanding dengan kacang tanah baik pada oven suhu rendah dan tinggi. Komposisi kimia mempengaruhi kadar air keseimbangan benih dengan lingkungan. Hal ini tidak lain karena benih bersifat higroskopik. Karena itu benih akan menyerap kelembaban dari atau melepaskan kelembaban yang dimilikinya kepada atmosfer di sekelilingnya sampai terjadi suatu keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban relatif dari atmosfer lingkungan. Jumlah kelembaban dalam benih pada saat keseimbangan itu berkaitan langsung dengan komposisi kimia benih. Kadar air keseimbangan benih berpati tinggi seperti padi pada data pengamatan di atas lebih tinggi daripada yang dicapai oleh benih berminyak tinggi kacang tanah. Hal ini disebabkan oleh lemak atau minyak tidak dapat bercampur dengan air. Karena itu jika kadar air benih padi atau kacang tanah seberat 100g diukur, maka mengingat perbedaan dalam kandungan minyak antar keduanya akan didapatkan bahwa kira-kira 96% dari bahan padi akan menyerap air, sedangkan pada kacang tanah hanya kira-kira 80% (Anonimb,2010).
 Pada umumnya, terdapat perbadaan kadar air antara oven suhu rendah dan tinggi. Hal ini disebabkan oleh waktu pengeringan semakin lama, kadar air dalam bahan makin berkurang tapi kecepatan penurunan kadar air makin lambat dan jika suhu pengeringan semakin tinggi maka waktu yang diperlukan bahan untuk mengeringkan semakin cepat (Fadilah, dkk., 2010). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Wulaniriky (2011) bahwa perbedaan kadar air dalam suatu bahan disebabkan karena perbedaan bahan, metode dan suhu serta proses penyimpanannya. Selain itu, perbedaan ini dapat disebabkan karena pengaruh alat-alatnya seperti timbangan analitik yang sulit stabil dan karena bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan bahan lain ketika penyimpanan atau ketika berada dalam desikator.
4.2.4 Bobot 1000 butir
Table 4 mengenai pengujian berat 1000 benih padi dan kedelai dengan metode A menunjukan bobot benih rata-rata padi 23,79 gr dan kedelai 159,00 gr. Untuk metode B1, B2, B3 dan B4 pada benih padi masing-masing memiliki bobot 24,13 gr (CV=5,03%), 25,13gr, 23,62gr dan 24,85gr (CV=-4.40%) sedangkan pada benih kedelai masing-masing memiliki bobot B1=159,85gr (CV=2,51%), B2=151,98gr, B3=163,64gr dan B4= 160,73gr (CV=2,80%).
Berdasarkan data pengamatan tersebut, pengujian bobot 1000 butir benih padi dan kedelai pada masing-masing metode tidak jauh berbeda. Hal ini terlihat dari standar deviasinya yang tidak lebih dari 5%. Menurut Ferdian (2010), Standard deviasi menunjukan tingkat keseragaman benih, semakin tinggi standard deviasi berati semakin beragam komponen benih dan sebaliknya. Standard deviasi 0 artinya benih sangat seragam. Keseragaman ini memungkinkan perkecambahan benih yang seragam. Selain itu, standard deviasai dapat digunakan dalam menentukan berat maksimum dan minimum benih.
Melihat hasil pengujian bobot 1000 butir dengan menggunakan beberapa metode tersebut hampir seragam, maka dapat dipilih metode yang tepat dan efisien dalam menghitung bobot benih agar waktu yang dibutuhkan dalam pengujian lebih singkat. Seperti metode B2, hanya menggunakan 4 ualangan (400 butir) sehingga pengujian bobot 1000 benih ini dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Menurut Kiki Mc (2011), dengan menghitung secara langsung 1000 benih, setelah benih dihitung sebanyak 1000 benih lalu benih ditimbang dan diketahui beratnya. Data yang dihasilkan dalam penghitungan ini sangat akurat, tetapi dalam pelaksanaan penghitungan tentu sangat memakan waktu dengan menghitung 1000 benih apa lagi benih berukuran yang kecil.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
 5.1        Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan  praktikum  teknologi benih,  dapat  diambil  beberapa kesimpulan, seperti :
1.  Pengambilan contoh benih dimulai contoh primer lalu contoh komposit serta membuat contoh kirim. Untuk membuat contoh kerja, benih harus dibagi terlebih dahulu. Timbang benih sesuai jumlah contoh kerja yang ditetapkan dan selebihnya dapat disimpan sebagai cadangan untuk digunakan pada pengujian mutu benih yang lainnya. Contoh kerja benih padi adalah 889 gr dan 814 gr dengan contoh kirim 73 gr dan 72 gr.
2.  Kemurnian benih padi pada kelompok 1 dan 2 yakni 98,7% dan 97,4% dengan kotoran benih 1,2% dan 2,5%.  Sementara benih  bayam, kemurniannya 99,1% dan 96,7% serta memiliki kotoran benih 0,9% dan 1,9%.  faktor kehilangan benih tidak lebih besar dari 5%, sehingga termasuk benih yang  bermutu fisik baik.
3.      Padi memiliki rata-rata kadar air terendah 11,27% (oven suhu tinggi) dan 12,14% (oven suhu rendah). Kacang tanah memiliki rata-rata kadar air terendah 9,14% oven suhu rendah dan 9,24% (oven suhu tinggi). Kadar air benih padi lebih tinggi dibanding dengan kacang tanah baik pada oven suhu rendah dan tinggi.
4. Benih padi memiliki bobot dengan metode A=23,79 gr, B1=24,13 gr (CV=5,03%), B2=25,13gr, B3=23,62gr dan B4=24,85gr (CV=-4.40%). Benih kedelai memiliki bobot dengan metode A=159 gr, B1=159,85gr (CV=2,51%), B2=151,98gr, B3=163,64gr dan B4= 160,73gr(CV=2,80%). Metode B2, dapat digunakan karena cepat dan lebih efisien.
 5.2              Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum Analisis mutu benih ini antara lain :
1. Sebaiknya dalam pembagian benih untuk pengambilan contoh kerja, perlu dilakukan beberapa metode pembagian sehingga dapat dibandingkan penggunaan metode yang lebih efisien.
2.   Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya dapat menggunakan benih yang beragam terutama benih rekalsitran sehingga dapat diketahui perlakuan yang tepat dalam pengujian mutunya.
3. Sebaiknya setiap benih yang akan digunakan untuk pembibitan tanaman, hendaknya dilakukan pengujian mutu,  untuk mengetahui mutu fisik benih tersebut sehingga dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan hasil yang maksimal.
 DAFTAR PUSTAKA

Ananta W.D., 2011, Laporan Teknologi Benih, http://www.scribd.com/doc/ 37132682/4/PRAKTIKUM-4-PENGUKURAN-KADAR-AIR-BENIH, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.
Annas Saputra, 2011, Kemurnian Benih, http://annassaputra34.blogspot.com /2011/06/kemurnian-benih.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.
Anonim, 2006, Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian, Jakarta.

Anonim, 2011, Kemurniaan benih, http://veganojustice.wordpress.com/2011/05 /16/kemurniaan-benih/#comment-6, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.


Anonim.  2009.  Penuntun  praktikum  teknologi  benih.  Jurusan  budidaya,  fakultas Pertanian. Universitas udayana. Denpasar.

Anonima, 2010, Kemurnian Benih, http://agronomi02.blogspot.com/2010/08/ kemurnian-benih.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Anonimb, 2010, Kadar Air Benih, http://agronomi02.blogspot.com/2010/08/kadar-air-benih.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Darutiyastireni, 2010, Pengujian kemurnian benih, http://darutiyastireni-smartgirl.blogspot.com/2010/01/pengujian-kemurnian-benih.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.


Fadilah, Sperisa Distantina, Dhian Budi Pratiwi, Rahma Mulipakarti, YC Danarto, Wiratni, Moh Fahrorrozi, 2010, Pengaruh Metode Pengeringan, Terhadap Kecapatan Pengeringan dan Kualitas Karagenan dari Rumput Laut, Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta.

Ferdian Adi Aris T, 2010, Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian Benih, http://ferdyz-ferdyz.blogspot.com/2010/10/laporan-praktikum-teknologi-benih.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Kiki Muslihina, 2011, Cara Pengambilan Contoh Benih ( Seed Sampling ), http://fapertaunwimku.blogspot.com/2011/07/praktikum-v. html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Kiki Muslihinb, 2011, Uji Kemurnian Benih, http://fapertaunwimku.blogspot. com/2011/07/praktikum-ii.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Kiki Muslihinc, 2011, Uji Berat 1000 Butir Benih, http://fapertaunwimku. blogspot.com/2011/07/praktikum-v.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Lita Sutopo, 2002, Teknologi Benih, Universitas Brawijaya, Malang.

Nasrudina, 2009, Pengambilan Contoh Benih, http://teknologibenih.blogspot.com /2009/10/pengambilan-contoh-benih.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Nasrudinb, 2009, Kemurnian Benih, http://teknologibenih.blogspot.com/2009/10/ pengambilan-contoh-benih.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Ricki Bilawa, 2011, Pengujian Kemurnian Benih, http://rikiaishya.blogspot.com/, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.

Wulaniriky, 2011, Penetapan kadar air (metode oven pengering) aa, http://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapan-kadar-air-metode-oven-pengering-aa/, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLIKASI, TRANSKRIPSI DAN TRANSLASI (SINTESIS PROTEIN)

Centotheca lappacea (Linnaeus) Desvaux

METODE SELEKSI PADA TANAMAN MENYERBUK SENDIRI DALAM PEMULIAAN TANAMAN