Melepas Kepenatan dengan Keindahan Pantai Sawarna


Menjelang akhir semester, musim liburan panjang kian mendekat. Beragam destinasi dan obyek wisata layak menjadi pilihan untuk dikunjungi. Perencanaannya pun pastinya telah dipersipkan jauh hari sebelumnya. Awalnya, kunjungan wisata ini sedianya dilakukan pada awal semester lalu namun beragamnya kesibukan masing-masing, maka kami setuju untuk merealisasikannya di akhir semester ini. Pantai merupakan tema utama wisata yang kami pilih mengingat rutinitas kegiatan kami saat ini kebanyakan berada di kawasan pegunungan wilayah Bogor sehingga kami membutuhkan suasana baru untuk menghilangkan kepenatan setelah beberapa bulan belakangan dijejali oleh kesibukan yang cukup padat.

Banyak obyek wisata pantai yang dapat menjadi pilihan sebagai tujuan wisata, salah satu diantaranya adalah Pantai Sawarna yang terletak di Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Selain karena lokasinya tidak terlalu jauh dari wilayah Bogor, informasi mengenai objek wisata tersebut sedikit banyak telah kami ketahui dari blog dan media online lainnya serta berdasar pengalaman salah satu teman kami yang pernah mengunjungi Desa Sawarna meskipun saat itu dia masih duduk dibangku Sekolah Dasar.
Wisata kali ini kami rencanakan hanya sehari sehingga mewajibkan kami berangkat pada malam hari agar dapat tiba di Desa Sawarna sebelum matahari terbit. Untuk mempermudah perjalanan, kami menyewa sebuah kendaraan pribadi yang berada tidak jauh dari wilayah kampus. Kami sebenarnya membutuhkan mobil SUV sekelas Daihatsu Terios dengan kapasitas yang cukup lapang dan tangguh untuk berpetualang mengingat medan jalan menuju Pantai Sawarna cukup berat dan masih asing bagi kami. Namun karena keterbatasan pihak penyedia jasa, maka kami memilih menggunakan mobil Daihatsu Xenia yang terkenal sebagai mobil keluarga yang aerodinamis dan tentunya irit bahan bakar. Kami kemudian berangkat melalui jalur Bogor - Ciawi - Cibadak - Palabuhan Ratu - Bayah - Sawarna. Sepanjang perjalanan, kami dihadang oleh kemacetan di sekitar wilayah Ciawi dan perbaikan jalan di daerah Cibadak dan Bayah. Dengan bermodalkan GPS Andoid, kami tiba di Desa Sawarna sesaat setelah matahari mulai terbit meskipun dalam beberapa kelokan jalan menuju Desa Sawarna sempat terlewati karena papan informasinya terlalu kecil untuk diperhatikan sehingga pengunjung baru seperti kami harus kesasar hingga ke desa sebelah dan harus berputar arah kembali untuk menemukan jalan menuju Pantai Sawarna.
Menuju Pantai Sawarna melalui Jembatan Gantung
Untuk memasuki kawasan pantai, kami berjalan kaki melewati jembatan gantung yang menghubungkan Desa Sawarna dengan kawasan pantainya. Menyusuri jalan setapak sekitar satu kilometer, tampak berderet rumah-rumah penduduk dan tempat penginapan bagi pengunjung. Di sela-sela antara rumah penduduk, terhampar pula persawahan dan sungai kecil sebagai pengairannya hingga tiba diujung pantai, kami disuguhkan oleh deburan ombak, pasir putih dan hamparan laut selatan yang luas dengan hembusan angin yang lembut menyapa kedatangan kami. Disekeliling pantai tersebut juga terlihat pegunungan dan bukit yang kian menambah keindahan kawasan pantai tersebut. Perjalanan yang cukup panjang dari Bogor membuat perut kami mulai lapar sehingga kami sepakat untuk sarapan pagi terlebih dahulu pada sebuah gazebo kecil di pinggir pantai yang disebut pantai Ciantir.
Makan Rame-rame di Pinggir Pantai Sawarna
Menikmati nasi goreng dibibir pantai dengan jatah satu telur per orang hasil racikan teman-teman memang sungguh nikmat rasanya. Deburan ombak yang beriringan terdengar riuh seakan mengajak kami untuk segera berlari menuju ke arahnya. Sarapan pagi yang belum sepenuhnya selesai, tampak beberapa teman sudah berlari ke arah pantai. Mungkin karena rasa jenuh dan stressnya sudah menghampiri ambang batas, sehingga mereka tidak tahan lagi untuk segera menikmati keindahan yang ditawarkan pantai ini. Ada yang mulai tampak berfoto-foto ria, langsung menceburkan diri ke pantai, duduk-duduk menikmati keindahan pantai dan bermain-main dengan pasir putihnya. Seru….

 


Puas bermain air dan pasir di pantai Ciantir, kami bermigrasi ke obyek wisata lain yang masih berada tidak jauh dari kawasan pantai tersebut. Berdasarkan keterangan penduduk setempat, di kawasan pantai ini terdapat beberapa obyek wisata seperti Goa Lalay, Lagoon Pari, Karang bokor, Pulau Manuk, Tanjung Layar dan lain-lain. Jaraknya tidak terlalu jauh dari pantai Ciantir membuat kami sepakat untuk memilih tanjung layar sebagai tempat berwisata selanjutnya. Dalam perjalanan menyusuri pantai dengan berjalan kaki, tampak beberapa wisatawan yang membawa papan selancar dan bersiap mengayuh papannya ke tengah laut. Kami juga sempat mengabadikan beberapa gambar disepanjang pantai tersebut.
Menyusuri Pesisir Pantai menuju Tanjung Layar
Tiba di pantai Tanjung Layar, tampak dua buah batu tinggi yang wujudnya menyerupai layar. Pada bagian depan batu tersebut terdapat karang panjang semacam tembok sebagai pemecah ombak. Di sekitaran batu tersebut juga terdapat beberapa karang yang cukup tajam sehingga kami harus berhati-hati saat bermain di pantai tersebut. Berjalan ke arah tengah, akan terasa kaki menyentuh benda yang lembut seperti rumput pada bagian dasarnya. Pada siang hari, air laut disekitar karang mulai surut sehingga kami dapat mencapai batu karang berbentuk layar tersebut yang letaknya agak ketengah laut. Tidak lupa kami membawa kamera untuk mengambil gambar di sekitar batu karang bahkan beberapa view fotonya dapat dijadikan sebagai latar foto pra-wedding meskipun obyeknya hanya bermodalkan kolor biru saja.
Kami menghabiskan waktu hingga sore dengan bermain UNO. Permainannya cukup menarik dan dapat dimainkan meskipun pesertanya berjumlah hingga delapan orang. Dalam permainan tersebut, peserta yang kalah harus menuju pantai untuk berendam di dalam air sembari menunggu hingga terdapat peserta yang lain kalah. Permainannya cukup seru dan menarik sehingga tak terasa waktu sudah memasuki sore hari. Karena merasa lapar, kami memesan mie rebus plus cabe rawit pada kedai yang terdapat disepanjang kawasan pantai tersebut. Tak lama berselang, kami pun bersiap berkemas untuk segera pulang agar kami tiba di Bogor tidak terlalu larut. 
Asyiknya Bermain UNO

Kembali berjalan kaki menuju Desa Sawarna, kali ini kami tidak menyusuri pantai lagi namun melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh padang rumput dan perkebunan kelapa milik warga setempat dengan jarak perjalanan yang mencapai dua kilometer. Di ujung kebun kelapa, mulai tampak hamparan persawahan dengan aliran air disampingnya. Tidak jauh dari persawahan, mulai berderet perumahan warga dan villa-villa dengan ukuran dan luasan yang beragam sebagai tempat penginapan bagi pengunjung. Perpaduan keindahan pantai dan alam pegunungan di kawasan ini harus dapat terus dijaga dan ditata dengan lebih baik lagi sehingga dapat menarik minat pengunjung yang lebih banyak.
Mengingat perjalanan cukup jauh menuju Bogor ditambah dengan medan jalan yang cukup berat, kami memacu kendaraan meninggalkan Desa Sawarna sebelum matahari membenamkan diri. Dalam perjalanan pulang, kami menyempatkan singgah di beberapa tempat seperti Puncak Habibi di daerah Bayah dengan latar pemandangan alam dan pantai yang menakjubkan hingga daerah Palabuhan Ratu untuk mencicipi hidangan laut segar yang cukup menggugah selera. Wisata ke pantai Sawarna kali ini cukup berkesan bagi kami terlebih karena baru pertama kali ini kami berlibur bersama setelah sekian lama direncanakan. Pada kesempatan lain, kami berharap dapat mengunjungi obyek-obyek wisata pantai lainnya terutama yang berada di bagian timur Indonesia sana…Semoga!!!.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPLIKASI, TRANSKRIPSI DAN TRANSLASI (SINTESIS PROTEIN)

Centotheca lappacea (Linnaeus) Desvaux

METODE SELEKSI PADA TANAMAN MENYERBUK SENDIRI DALAM PEMULIAAN TANAMAN